Dulu, entah kapan, ada seorang anak perempuan kecil yang kesepian, dia tidak pernah punya teman sekeras apapun usahanya untuk mendapatkan seorang teman saja tapi dia tidak pernah berhasil, sampai pada akhirnya dia menyerah.
Beberapa waktu setelah anak itu menyerah untuk mendapatkan teman dia mulai berpikir, "Daripada susah-susah mencari, bagaimana kalau aku buat saja? Teman yang akan mengerti aku sepenuhnya dan akan selalu ada untukku saat aku butuh atau tidak." lalu anak itu mulai membuat "teman"nya, dia mulai menggambar ilustrasi rupa "teman"nya dan mulai menulis cerita tentang dia dan "teman"nya, "teman" pertama yang dia buat dinamai Zero, dia membayangkan Zero sebagai seorang anak laki-laki yang lebih tua darinya, jahil, suka seenaknya tapi sebenarnya dia sangat baik dia hanya tidak tahu bagaimana cara untuk mengekspresikan dirinya dengan benar.
Anak perempuan itu sering "berbicara" dengan Zero dan orang-orang di sekitarnya semakin menganggap anak itu gila dan tambah menjauhinya tapi anak itu sudah tidak peduli karena,dia sudah punya teman yang mau menerimanya apa adanya, dia membuat lebih banyak lagi "teman" baru untuk menemaninya dan untuk memperluas wilayah cerita yang bisa dia buat, hal ini berlangsung selama beberapa tahun, sampai anak itu mulai masuk ke universitas.
Suatu malam tepat sehari sebelum anak itu masuk kuliah dia bermimpi, Zero datang kepadanya.
"Hei, mulai besok kamu akan memulai semuanya dari awal, kan? Di kampusmu tidak ada yang tahu bagaimana kamu sebelum masuk ke universitas itu, bagaimana kalau kamu coba lagi ambisi lamamu untuk mendapatkan teman?" katanya dalam mimpi itu, lalu anak perempuan itu terbangun sebelum sempat merespon usul itu, "Mencoba lagi? Mungkin kali ini aku akan berhasil." pikir anak itu saat dia terbangun dari tidurnya.
Di hari pertamanya di lingkungan baru dia sudah mengenal lebih dari separuh teman-teman di jurusannya, 3 bulan di universitas dia sudah mengenal semua anak seangkatan di fakultasnya, setahun setelah itu dia sudah mengenal semua orang di fakultasnya dan dia sudah tidak pernah mengingat "teman" yang dia buat dulu, butuh waktu lama baru dia sadar.
" Seandainya aku tidak membuat "teman"ku aku tidak akan punya kekuatan untuk meraih semua yang kumiliki saat ini." dan pada malam dia berpikir seperti itu Zero datang lagi di mimpinya.
"Bagaimana? Teman-temanmu baik. kan sama kamu? Sekarang kamu bahagia, kan?" kata Zero datar tanpa ekspresi lalu anak itu menyadari sesuatu dan dia menangis, sambil terisak dia berkata,
"Ma...af..." katanya di tengah-tengah isakan "aku terlalu terbawa oleh dunia di luar sana sampai aku lupa dengan dunia yang sudah kubuat dan membesarkanku.".
"Nggak apa-apa, disana adalah tempatmu, sudah sepantasnya kamu berada dengan orang-orang yang sama denganmu, sudah saatnya kami pergi, kamu sudah tidak membutuhkan kami lagi." kata Zero masih dengan ekspresi yang sama dan mulai berjalan pergi.
"Wait! Am I an idiot for destroying the world I build from a scratch?" tanya anak itu sambil menahan Zero untuk tidak pergi.
"Of course you are." kata Zero sambil mengacak rambut anak itu, "But you know what? You're the idiot amongst idiot, but you're the coolest idiot I've ever seen."
"Thanks, Zero." kata anak itu sambil menghapus air matanya.
"Tahu nggak? Dunia yang kamu buat itu, tidak akan pernah hancur biar gimana juga, karena kamu pasti akan bisa membangunnya kembali asal kamu percaya dunia itu nyata." kata Zero, "Aku kasih ini, deh ke kamu, biar kamu tetap ingat sama kami biarpun kamu sibuk di dunia luar." lalu dia menaruh sebuah kalung dengan batu sapphire berbentuk bintang.
"Good luck, see you later." kata Zero lalu dia pergi meninggalkan anak itu dan tepat saat itu anak itu terbangun dan di tangannya ada sebuah kalung yang sama dengan yang diberikan Zero dalam mimpinya dan lagi-lagi anak itu menangis.
"Thanks Zero, I'll do my best until we meet again." sejak hari itu kalung itu tidak pernah lepas dari anak perempuan itu dan dia juga sudah bisa menyeimbangkan waktunya untuk dunia nyata dan dunianya sendiri meskipun Zero tidak pernah lagi muncul di dalam mimpinya.
- END -
Sunday, February 2, 2014
A Friendless Author and Her Imaginary World
Re-Schedule
so, deadline bulan ini nggak kekejar, terlalu santai sih, sebagai gantinya deadline bulan ini bakal di post tanggal 14 nanti, bareng sama satu side story, berhubung kuliah semester ini jadwalnya kece badai mestinya sih bisa, wish me luck.
greetings from Dream Land☺
Saturday, February 1, 2014
Deadline, Oh Deadline
so, besok deadline, udah ada cerita yang disiapin khusus buat besok yang obviously belom selesai nyahaha~ kemungkinan malem ini ga bakal tidur buat nyelesein cerita itu, terjeleknya filenya di copy ke hp biar bisa kerja dimana aja, liat kondisi
besok ajalah.
greetings from Dreamland ☺
Subscribe to:
Comments (Atom)