Saturday, March 3, 2012

Shooting Star Limit pt.3


Sekitar sebulan setelah kejadian itu tidak terasa sebentar lagi waktunya ujian akhir semester dan artinya aku akan segera naik ke kelas 3 dan sejauh ini belum ada tanda-tanda Geo bakal b=nembak yang ada dia malah jadi lebih jahil dari biasanya bukan cuma di kelas tapi juga pas ekskul dan di jalan pulang. Ya, karena rumah kami berdekatan jadi kami selalu pergi dan pulang sekolah bareng. Dan suatu hari nggak ada angin nggak ada hujan Geo mengajakku keluar hari itu juga.
“Cher, kamu hari ini nggak ada acara,kan?” katanya saat kami sedang di jalan pulang dari kegiatan ekskul hari itu.
“Nggak ada sih. Emang kenapa? Mau traktir,ya? Aku sih ga masalah” jawabku senang karena setelah sekian lama dia mengajakku pergi keluar berdua saja.
“Bukan traktir juga,sih tapi bisalah. Sebetulnya aku mau pergi ke tempat rahasia kita berdua aja” kata Geo dengan tampang cueknya.
Setelah menyetujui ajakan itu kami mampir membeli cemilan dan pergi ke tempat rahasia kami yang berada di daerah bukit, sebuah tempat dimana bintang terlihat paling indah. Setelah diam cukup lama Geo mulai bicara.
“Cher, sebetulnya aku mau bilang sesuatu ke kamu” mukanya tampak serius dan membuat jantungku berdetak lebih cepat.
“Sebetulnya aku nggak mau bilang ini dan nyakitin kamu tapi biar gimana juga aku mau bilang sama kamu soalnya waktuku juga tinggal sedikit" Geo melanjutkan dengan tampang dan nada bicara yang serius
“Sebetulnya begitu naik kelas 3 nanti aku harus pindah, pekerjaan papaku di pindahkan ke kota lain dan aku harus ikut pindah dengannya.”Katanya pelan.
Saat itu juga aku merasa jantungku berhenti dan kakiku tidak bisa bergerak dan aku merasa mataku mulai basah oleh air mata yang nggak tau kenapa nggak bisa berhenti. Dan setelah itu aku merasa Geo menarik tubuhku dan memelukku erat.
“Jangan nangis, aku juga nggak mau pisah sama kamu tapi aku nggak bisa ngelawan. Dan satu hal lagi yang aku harus bilang ke kamu. Sebetulnya aku suka sama kamu dari waktu kita masih SD dulu tapi aku nggak berani bilang abis terlalu banyak saingan aku jadi minder kamu cantik banget,sih” dia melepas pelukannya dan menatap mataku cukup lama.
Otakku berusaha mencerna semua ini dan tanpa ku sadari air mata kesedihan itu berubah menjadi tangis bahagia.
“Cherry, please. Would you be my girl?” Geo mengatakan hal yang paling ingin ku dengar itu dan aku menjawabnya dengan sebuah anggukan yang disertai dengan senyuman.
“Biarpun jarak jauh kamu masih mau pacaran sama aku?” kata Geo
Aku mengangguk
“Biar jauh aku bakal berusaha untuk bikin kamu senang, aku akan setia sama kamu. Kalau libur panjang aku pasti datang ke sini buat ketemu kamu.”
“Kamu nggak perlu sampai begitu, aku nggak peduli soal jarak, kamu nggak perlu bikin aku senang aku cuma mau kamu janji satu hal” kataku.
“Apa?” tanya Geo.
“Kamu tetap sayang sama aku dan setia sama aku dan aku harap biarpun jauh hati kita masih terhubung satu sama lain” kataku.
“Oke, aku janji. Aku nggak bakal bikin kamu kecewa” katanya
Dan saat itu tanpa kami ketahui ada beberapa bintang jatuh malam itu dan merekalah saksi perjanjian itu dan mereka juga yang menjaga agar tidak seorang pun dari kami yamg melanggar janji itu
-END-

Shooting Star Limit pt.2


Bukan hanya karena satu sekolah sejak TK kami bahkan selalu satu kelas dan mengikuti ekskul yang sama yaitu ekskul basket. Sebelum aku menyadari perasaanku aku dan Geo sangat sering bertengkar sehingga orang orang di sekitar kami meledek kami mungkin itu juga salah satu hal yang membuatku menyadari perasaanku sendiri.
Tapi entah bagaimana caranya sepertinya Aria menyadari perasaanku. Suatu hari dia bertanya padaku untuk memastikannya.
“Cher, kamu suka sama Geo?”
Aku kaget mendengar pertanyaan mendadak itu, saat itu aku dan Aria sedang belajar bersama di rumahku dan saat itu hanya ada ka,i berdua saja.
“Hah? Kok kamu mendadak tanya soal gituan sih?” aku yang saking kagetnya sampai menjatuhkan pulpen yang sedang ku pegang.
“Abis kalau lagi sama Gep kamu kayak salting gitu” katanya
“Ah, masa sih? Perasaan aku biasa aja deh kalau lagi sama dia” kataku sambil berusaha mengalihkan pembicaraan. “Eh, soal yang ini gimana cara kerjanya?”
“Nggak usah sok mengalihkan pembicaraan. Aku tau kok dari sikap kamu kalau sama dia kamu pikir udah berapa lama aku kenal sama kamu?” katanya dan menambahkan “emang sejak kapan kamu mulai suka sama dia?”
Mau nggak mau akhirnya aku mengaku pada Aria yang nggak tau kenapa sepertinya sangat tertarik tentang hal ini.
“Aku nggak tau sejak kapan dan kenapa bisa. Tapi nggak tau kenapa aku jadi suka salting kalau dekat dia”“Wah...selera kamu tinggi juga,ya. Dia kan banyak fansnya abis dia udah cakep,pintar, jagoannya ekskul basket lagi. Ya udah sebagai sahabat yang baik aku bakal kasih tau kamu sesuatu” kata Aria.
“Hah? Sesuatu? Apaan?” kataku dengan penuh rasa penasaran.
“Sebetulnya Geo itu...”
 “Kenapa? Kenapa? Cerita doooong!” kataku dengan tidak sabaran.
“aku nggak tau kenapa tapi aku sering liat dia ngeliatin kamu lho” kata Aria sambil menunjukkan tampang jahilnya.
Saat aku masih dalam keadaan shock karena pernyataan dari Aria tadi tiba-tiba aku mendengar seseorang mengetuk pintu kamarku. Setelah aku mempersilakan orang yang mengetuk pintu tadi untuk masuk ternyata yang datang adalah Azel dan Geo.
“Hai cewek-cewek, sori ya lama tadi keasikan latihan,sih jadi kelamaan,deh nggak ada yang kangen,kan?” kata Azel dengan cara bicara gombalnya dan langsung jadi sasaran pendaratan bantal yang di lempar Aria yang sekarang memasang tampang seramnya dan Azel menyadari ada sesuatu yang berbeda dari mood ku sore itu.
“Cherry kenapa lagi tuh? Ngamuk-ngamuk ga jelas”
“Biasalah kamu pasti ngerti” kata Aria dengan senyum jahilnya.
Aku yang mendengar hal itu langsung berhenti melakukan perang bantal yang juga sedang terjadi antara aku dan Geo yang sedang mengikuti apa yang dilakukan Aria tadi dan menyuruhnya untuk keluar dan dia dengan gampangnya ku “usir” karena dia juga mau pergi cari minum. Begitu Geo keluar dari kamar aku segera mengunci pintu dan memulai meng-introgasi kedua sahabatku yang sekarang malah senyum-senyum ga jelas.
“Jadi selama ini kalian berdua udah tau soal ini?” kataku memulai introgasi itu yang inginnya ku selesaikan sebelum Geo kembali.
“Soal apa?” Azel dan Aria bersamaan dengan tampang sok-sok nggak tau apa-apa tentang hal ini.
“Soal perasaanku dan... Geo” kataku pelan.
“Ya iyalah, keliatan banget tau. Kalian suka ngeliatin satu sama lain terus kalian suka salting kalau lagi bareng” kata Aria.
“Terus sekedar info,nih tapi jangan bilang sama Geo,ya. Kaya’nya dia berniat buat nembak kamu dalam waktu dekat ini, abis beberapa hari yang lalu pas waktu istirahat ekskul dia sempat konsultasi sama aku” kata Azel sambil nyengi
Dan dalam sekejap mukaku terasa panas dan jantungku berdetak lebih cepat daripada biasanya, dan bersamaan dengan itu Geo mengetuk pintu kamarku dan sok-sok memelas agar diijinkan masuk yang disambut dengan timpukan bantal olehku saat dia masuk ke kamar ku.
(to be continue...)

Shooting Star Limit pt.1

namaku Cherry, umurku 13 tahun saat ini aku duduk di kelas 2 di sebuah SMP swasta di sebuah kota di daerah perbukitan dimana kita bisa melihat banyak bintang. Kembali ke perkenalan, di sekolah aku cukup pintar, langganan ranking 1 dari SD sampai sekarang. Sekolahku terdiri dari TK sampai SMA dan karena rata-rata muridnya tidak berminat melanjutkan ke sekolah lain jadi tidak aneh kalau semua muridnya sangat dekat dan punya sahabat dekat juga sudah bukan hal yang aneh di sini begitu juga aku, aku punya 3 teman dekat yaitu Azel, Aria, dan Geo

Sebetulnya, sejak dulu aku menyukai temanku Geo, mungkin karena sudah lama kenal dan sering bareng perasaan lain selain rasa suka pada sahabat mulai muncul tapi dia sangat populer dan banyak yang suka sama dia jadi aku hanya berusaha untuk bersikap normal dan tetap menjadi temannya. Setidaknya itulah permintaanku pada saat hujan meteor malam itu.
To be continue...