I'm back. sesuai janji di posting-an sebelumnya gue pengen cerita soal lagu favorit gue bisa dibilang ini semacam review yang kalo dinilai dengan nilai antara 1-5 gue bakal ngasih 4,8 lah. To the point aja berhubung gue cuma punya waktu dikit sebelum berangkat ke petualangan gue yang lain. Basic-nya sih, lagu ini terhitung lagu cinta, tentang 2 orang yang udah lama temenan, mereka sekelas dan ekskul nya sama juga. Habis itu, mereka jadi suka satu sama lain istilah kerennya vice versa. Merasa pernah dengar cerita ini sebelumnya? Ya iyalah, inikan plot cerpen pertama gue. Lanjutin lagi, suatu hari 2 orang ini kabur tengah malem (sinetron amat -_-) abis itu mereka lari sampai ke tempat dimana mereka biasa bareng. Ternyata cek per cek, salah satu dari mereka ngga tau yang cewe atau yang cowo ternyata harus pergi jauh buat ngejar mimpinya. Yang ditinggalin sempat mikir kalau yang ninggalin itu nggak merasa kalau yang ditinggalin itu spesial sampe dia ngarepin ciuman terakhir buat kenang-kenangan tapi dia bilang kalau dia nggak bakal ngelupain hari-hari yang dia lewatin sama pasangannya. Terus yang ditinggalin itu jadi sering nungguin bintang jatuh supaya permohonan dia buat ketemu pasangannya bisa terkabul. Mereka nyadar biar hidup di bawah langit yang sama tapi cerita cinta mereka itu menyakitkan, makanya mereka terus dan terus berharap supaya mereka bisa ketemu lagi dimana pun di dunia ini entah itu hari ini, besok, bulan depan, tahun depan dan seterusnya/
Emang terdengar kaya' dramatis+lebay banget tapi gue suka lagunya, lagu ini kaya' ngena banget ke gue mungkin gara-gara gue selama kurang lebih 2,5 tahun ini ngerasain gimana itu LDR. So, itu aja review gue kali ini, kalo ada lagu lain yang berkesan buat gue mungkin bakal gue post lagi disini. So keep smiling and hoping your wish will come true everyone :)
Sunday, May 6, 2012
just some stupid short explanation
orang-orang terutama temen gila gue
yang berinisial L dan T pada nanya ada apa antara gue dan Limit gara-gara nama
blog sama judul cerpen pertama gue sama-sama ada Limit-nya. ini bukan karena
gue tergila-gila sama materi Limit Fungsi salah satu materi aljabar kelas 2 SMA
yang susahnya selangit menurut gue tapi kata Limit itu gue ambil dari judul
lagu favorit gue. Lagu jepang, sih otomatis orang indonesia langka banget yang
tau di makassar mungkin malah cuma gue yang tau. judulnya Ryuusei Limit yang kalo diterjemahin ke bahasa Inggris ya jadinya antara Meteor atau Shooting Star Limit. So? Udah jelas kan kenapa blog gue jadinya gini? Ya udah gue juga udah cape ngejelasin. Sampai sini dulu, buat yang penasaran itu lagu yang kaya' gimana tungguin postingan gue abis ini ntar gue jelasin. Ciao from Dream Land :3
Saturday, May 5, 2012
UNTITLED
Suatu
hari di suatu siang di bulan Juli, sekitar seminggu sebelum tahun ajaran baru
dimulai, tahun itu aku akan menjadi seorang siswi kelas 1 SMA di sebuah sekolah
unggulan. Kelamaan melamun, aku malah jatuh tertidur di kursi dan dalam tidurku
aku bermimpi tentang masa kecilku yang bahkan membuatku menangis saat
terbangun.
Jakarta, Juni 2006
Aku
harus siap-siap, karena besok akan ada kegiatan yang mengharuskan aku untuk
menginap di sekolah. Sebenarnya aku malas mengikuti acara ini apalagi harus
bergabung dengan anak kelas 5-1. Aku pun meminta pada mama supaya aku tidak
perlu mengikuti acara ini tapi...
“Ya
sudah, adek nggak usah ikut aja. Tapi itu artinya raport kamu nggak akan mama
ambilin. Kan lusa mama nggak ada urusan apa-apa datang ke sekolah selain jemput
kamu dari acara itu, terima raport, kan cuma sekalian aja” kata mama ketika aku
berusaha untuk membujuknya supaya aku tidak ikut. Akhirnya aku mengalah. Sore
itu, aku pergi membeli barang-barang yang kuperlukan dan memasukkannya ke dalam
tasku dengan setengah hati.
Keesokan
harinya, jam 7.30 pagi aku sudah tiba di sekolah dengan tampang kusut dan
langsung di tertawakan oleh sahabt-sahabatku.
“Kamu
kenapa lagi, Gin? Masih pagi mukanya udah kusut aja, hahaha” , Nila sahabat
terdekatku selama kelas 5 ini yang pertama menanggapi.
“Iya,
tau, nih Gina, masa’ mau acara menginap begini mukanya malah kelipat tujuh
gitu, senyum dong” Frizka sahabatku yang lain menambahkan.
“Abis
acara hari ini sama anak kelas 5-1, sih aku malas gabung sama mereka” kataku
dengan muka manyun.
Aku
dan teman-temanku yang lain masih sibuk membahas hal lain, lalu...
“Wah,
langka, nih. Masih pagi begini udah bisa liat nenek sihir, serem amat mukanya,
huahahaha” kata suara lain di belakang kami.
Aku
jelas tau suara menyebalkan ditambah ketawa setan itu. Masih pagi bikin kesal
saja.
“Argya!
Kamu diam aja, deh! Masih pagi udah nyebelin bikin mood tambah jelek aja”
kataku marah.
“Apa?
Muka kamu jelek? Nyadar, toh? Baguslah, senang aku dengarnya hahaha” kata Argya
dengan nada bicara yang menyebalkan.
Seandainya
saja aku tidak sadar dimana aku sekarang aku yakin sekarang ranselku sudah
melayang ke muka Argya.
Saat
berjalan melewati lapangan, aku bertemu “calon” teman-teman baruku saat naik
kelas 6 nanti tapi sekarang aku belum tau itu. Ya, mereka adalah anak-anak
kelas 5-1.
Acara
hari itu berlangsung tidak seburuk pikiranku, aku bahkan sudah berteman dengan
beberapa anak kelas 5-1. Tapi yang paling kacau tentu kontak pertamaku dengan
Tomi.
Tomi
itu bisa dibilang anak yang jahil, kira-kira selevel sama Argya. Hari itu
saking sebalnya aku mengejar dia sambil membawa sebuah sapu.
Malamnya
setelah semua kegiatan selesai kami bersiap-siap untuk kegiatan favoritku yaitu
tidur, hahaha. Yang cowok tidur di ruangan kelas 6-1 dan yang cewek tidur di
ruangan kelas 6-2. Malam itu adalah hari terakhir kami bersama Frizka karena
saat kelas 6 nanti dia harus ikut ayahnya pindah ke Surabaya.
Tapi
menjelang tengah malam aku merasa kurang enak badan. Jadi wali kelasku menelpon
mama supaya aku dijemput saja. Akhirnya malam itu aku pulang dan kembali ke
sekolah keesokan paginya.
***
Besoknya
aku kembali ke sekolah tapi aku sudah tidak sempat bertemu Frizka karena dia
harus mempersiapkan diri untuk kepindahannya. Yang kutemui hanya beberapa
temanku yang masih dengan muka ngantuk, mungkin karena kurang tidur semalam.
Setelah
mendapatkan raport-ku, aku mencari satu orang lain selain Frizka karena sejak
tadi aku tidak melihatnya, biasanya dia sudah sibuk sendiri menggangguku. Ya,
siapa lagi kalau bukan Argya. Sampai aku pulang dari sekolah aku tidak bertemu
dia. Ku pikir aku akan bertemu lagi dengannya saat kami masuk sekolah bulan
Juli nanti. Ternyata aku salah. Karena selama apapun aku menunggu, Argya tidak
akan pernah masuk ke ruamg kelas 6-2. Selamanya.
***
Juli
2006
Mulai
hari ini aku menjadi murid kelas 6, kelas tertinggi di SD aku pun pergi ke
sekolah dengan semangat. Yang bikin kurang semangat hanya karena aku sudah
tidak bisa lagi sekelas dengan Frizka. Rasanya aku cukup sedih karena tidak
bisa bersama sahabatku yang satu itu.
Begitu
masuk kelas, aku mencari sosok Mr.Trouble Maker tapi aku tidak menemukannya
jadi aku bertanya pada Ari sahabat terdekat Argya.
“Lho?
Gina kamu nggak tau? Argya sekarang sudah pindah ke Makassar. Papanya harus
pindah tugas kesana. Lagian kan dia memang pindah kota setiap 2 tahun” kata
Ari.
Mendengar
itu aku sangat kaget, karena biarpun sering bertengkar, aku dan Argya
sebetulnya cukup dekat. Hubungan kami memang selalu seperti itu sejak dia
pertama pindah kesini saat kami baru naik ke kelas 4. Bertengkar itu seperti
cara kami untuk menunjukkan seberapa akrab kami sebetulnya. Dan sebetulnya karena
ada hal lain. Aku menyukai Argya sejak pertama kali bertemu. Bukan hanya suka
sebagai sahabat tapi ku pikir bukan cinta juga, saat pertama bertemu dengannya
aku merasa ada sesuatu yang berbeda di dalam dirinya, itu saja.
Selama
beberapa waktu aku menjadi pendiam. Ada, sih murid pindahan tapi Cuma dari
kelas 6-1. Amel namanya, tapi aku berusaha untuk tidak terlalu dekat dengannya,
aku juga mengambil jarak dari Nila, Tari, Ambar, dan Ifa karena aku takut kalau salah satu dari mereka juga harus pergi
aku pasti akan sedih.
Tapi
itu hanya bertahan sebentar. Dalam 3 bulan pertama kelas 6 aku sudah akrab
dengan anak-anak kelas 6-1, apalagi cowoknya. Aku dan teman-temanku sering
bersama mereka, entah itu di kantin, lorong depan kelas, atau di lapangan
bermain basket saat jam pulang sekolah. Aku juga sudah cukup dekat dengan Tomi
dan sesuai dugaanku dia memang selevel dengan Argya dalam hal jahilnya. Tidak
jarang kami saling berkejaran karena kejahilannya. Dan saat itu aku tidak tau
kalau hal ini akan berakibat cukup fatal terhadap hubungan kami semua.
***
Dan
tibalah hari itu. Hari yang mengubah segalanya.
Hari
itu, sekitar pertengahan semester 2 beberapa waktu sebelum musim ujian akhir
aku lagi-lagi sedang berkejaran dengan Tomi. Kali ini lintasannya dari depan
kelas 6-2 sampai ke tengah lapangan basket. Teman-teman kami melihat dari
lantai 2, entah yang cewek dan yang cowok bahkan ada beberapa adik kelas yang
melihat. Tapi ada satu hal yang kami tidak tau. Wali kelas 6-2, yaitu wali
kelasku juga ada disana.
Kami
berdua kembali ke lantai sambil tertawa tapi begitu sampai di kelas
masing-masing wali kelasku membuatku berhenti tertawa saat itu juga.
“Gina,
kamu sama teman-teman kamu pulang sekolah nanti tinggal dulu sebentar, ya. Ibu
mau bicara dengan kalian” katanya datar.
Saat
itu perasaanku tidak enak dan memang terbukti. Hari itu, untuk kedua kalinya
aku kehilangan teman bertengkarku.
***
Pulang
sekolah hari itu, aku memang tinggal di sekolah lebih lama bahkan setelah
ceramah panjang wali kelasku selesai, tapi hari itu aku tidak tinggal untuk
bermain basket. Sepanjang siang aku menangis sambil terus meminta maaf
padateman-temanku. Meski ceramah hari itu panjang intinya cukup singkat
sebetulnya. Wali kelasku ingin aku berhenti bergaul dengan anak-anak kelas 6-1.
Dia tidak suka melihatku terlalu dekat dengan mereka, apalagi cowoknya, katanya
karena aku dan teman-temanku adalah perempuan dan kami pasti mengerti apa yang
dia maksud.
“Gin,
udah. Nggak usah nangis lagi. Untung Argya udah nggak ada, kalau ada kamu pasti
bakal diledekin habis-habisan” kata Nila yang mencoba menghiburku.
“Gimana
nggak nangis? Ini salahku. Karena aku kalian jadi tidak bisa dekat lagi dengan
anak-anak kelas 6-1” dan sampai beberapa saat kemudian aku menangi sambil
memandangi anak-anak kelas 6-1 di tempat kami biasa berkumpul. Hari itu juga
wali kelasku memanggil mereka sehingga mereka juga tidak berusaha untuk berbaur
dengan kami mulai hari itu.
***
Waktu
berlalu, begitu juga bermacam-macam ujian akhir yang harus kami lewati untuk
bisa lulus dari SD. Dalam mimpi ini, bahkan dalam keadaan sadar sekalipun aku
mengingatnya. Aku menangis pada hari kelulusan kami. Dan hal lain yang
membuatku cukup sedih adalah kenyataan kalau Tomi harus melanjutkan SMP-nya di
kota lain karena mengikuti ayahnya yang juga berpindah pekerjaan. Alasan yang
sama dengan saat kepergian Argya setahun yang lalu. Sampai awal SMP
kadang-kadang kami masih SMS-an tetapi setelah itu hilang kontak sama sekali. Dan
saat itu juga aku terbangun, dan aku mendapati ada beberapa jejak air mata di
kelopak mataku. Saat itu juga aku berpikir, kenapa aku memimpikan hal ini? Dan
aku menemukan jawabannya seminggu kemudian.
***
Jakarta,
juli 2010
Seminggu
kemudian aku menjadi siswi SMA, hari itu aku mengikuti pra MOS tanpa melihat
seorang pun teman SMP-ku di gugus yang sama denganku. Rata-rata mereka di gugus
1 atau 2 sehingga aku sendirian di gugus 4.
Setelah
selesai baris menurut gugus dan melakukan kegiatan pra MOS hari itu yaitu
bersih-bersih sekolah, akhirnya aku bisa istirahat juga. Kami berkumpul per
gugus untuk bisa saling mengenal teman gugus dan juga kakak-kakak panitia yang
bertanggung jawab atas gugus kami. Ku lihat bagian tempat anak perempuan
gugusku duduk sudah cukup penuh sehingga aku hanya berdiri di dekat sebuah
pilar yang membatasiku dengan seorang anak cowok. Dan dia mengajakku bicara.
“Kenapa
Cuma berdiri di situ? Duduk aja disini,
nggak apa-apa, kok” katanya.
Akhirnya
aku duduk dengan hanya dibatasi sebuah pilar antara aku dan dia.
“Kok
kamu diam aja? Jangan-jangan kamu udah lupa sama aku? Baru juga 3 tahun kamu
udah lupa sama aku. Kamu Gina, kan? Ini aku, Tomi, teman SD kamu anak kelas 6-1
dulu” lanjutnya.
Dan
saat itu aku menatapnya sebentar dan mendadak heboh lagi dengannya, hahaha. Kami
bercerita tentang apa yang terjadi selama 3 tahun terakhir dan kali ini tanpa
khawatir akan di marahi oleh wali kelasku.
Yap,
ku harap pertemuan kembali ini akan menjadi awal dari cerita yang berbeda dan
akan jauh lebih baik dari cerita kami sebelumnya.
-
END -
Subscribe to:
Comments (Atom)