Wednesday, June 6, 2012

The Sixth Sense Part 1


Kalian percaya dengan indera ke enam? Aku percaya, aku bahkan memiliki kelebihan spesial itu. Awalnya hanya sesekali aku bisa melihat apa yang akan terjadi di masa depan, tapi seiring aku bertambah dewasa biar sedang dalam keadaan sadar aku bisa melihat apa yang terjadi. Aku bahkan bisa melihat hal paling mengerikan yang akan terjadi pada diriku. Ya, itu adalah hari kematianku sendiri.
Tapi, biarpun aku bisa melihatnya aku tidak tau pasti kapan hari itu akan tiba. Aku hanya melihat apa yang terjadi saat itu di dalam pikiranku seperti sebuah film. Dan sejak kecil aku selalu mengutuk kelebihan spesial ini karena mungkin ini salah satu alasan aku tidak punya teman sama sekali.
“Eh, lihat, tuh. Lagi-lagi si cewek aneh itu sendirian lagi. Kasihan, yah. Hihihi”
“Ya iyalah dia sendirian. Habis dia, kan cewek terkutuk.”
Bisik-bisik seperti itu sudah jadi hal yang biasa, aku memang selalu memisahkan diri dari orang lain karena tidak ingin hal tidak bagus terjadi lagi padaku.
“Rea, sini nggak usah dengerin mereka.”
Aku tau siapa pemilik suara itu. Siapa lagi kalau bukan tetangga sekaligus temanku satu-satunya, Ivan.
“Iya iya, nggak usah kamu ingatkan juga aku nggak bakalan peduliin mereka, tau” kataku cuek.
“Dasar mereka itu. Mereka nggak tau apa-apa soal kamu tapi terus-terusan ngomongin hal-hal jelek soal kamu. Nyebelin banget” kata Ivan kesal.
Karena selalu sama-sama sejak SD, Ivan sudah tau tentang keadaanku biarpun pada awalnya dia juga kurang lebih sama seperti mereka tapi seiring berjalannya waktu dia juga jadi mengerti dengan sendirinya.
“Tapi kamu bisa, ya selama ini kalem menghadapi mereka, kalau aku pasti sudah mengamuk, hahaha” kata Ivan mencoba untuk memujiku untuk kesekian kalinya tentang hal ini.
“Dari dulu kamu selalu bilang yang itu-itu aja, bosan tau” ucapku sambil berjalan meninggalkan Ivan.
Dan saat berjalan melewati koridor menuju kelas aku mendengar bisik-bisik tidak enak itu lagi.
“Ivan kasihan, ya. Dia ganteng, baik, pintar. Tapi, kok mau, ya berteman sama cewek peramal terkutuk itu?” bisik seorang anak kelas XI.
“Iya, tuh, daripada ngurusin dia, mending dia cari teman lain saja.” Timpal yang lain.
Aku tau, karena aku, Ivan juga sering kena dampaknya makanya akhir-akhir ini aku berusaha menghindarinya supaya mereka tidak bicara yang tidak-tidak lagi soal Ivan.

No comments:

Post a Comment