Sunday, August 26, 2012
dengan berat hati....
so sekedar infoberhubung tahun ini gue udah kelas 3 dan karena faktor=faktor lain kaya'nya gue bakal jarang nge-post di sini lagi dan lagi gue juga lagi ngalamin writer block atau aalah namanya itu tapi ya sudahlah kaya'nya buat saat ini itu dulu kalau ada lagi ya nanti lah gue post lebih lanjut, so see ya and keep those imagination running wild :D
Wednesday, August 8, 2012
Everlasting Partner part 2
Selama 3 bulan selanjutnya aku menjalani hari-hariku seperti biasa, berteman di sekolah, mengikuti kursus di rumah dan melakukan persiapan untuk pertunanganku dengan Zero. Tepat sehari sebelum ulang tahunnya kami memutuskan untuk pergi ke taman lagi sementara para orang dewasa membicarakan soal acara besok, malam itu kami duduk di bangku yang sama dengan saat pertama kali kami melakukan ini, entah sejak kapan bangku ini sudah menjadi tempat favorit kami.
“Hari ini juga bintangnya keren, ya, sama kayak waktu itu” katanya.
“Iya, eh, besok udah harinya, ya” kataku mulai membahas soal besok yang jujur saja bikin aku nggak tenang.
“Hahaha… iya, ya, mulai besok kamu benar-benar jadi punyaku, ya” kata Zero sambil tertawa.
“Punyamu? Emangnya aku barang, gitu? Udah, ah, aku masuk aja” kataku pura-pura marah.
Saat aku berjalan beberapa langkah Zero berdiri dan mengejarku, lalu dia memelukku dari belakang.
“Ngambek, nih ceritanya? Nggak lucu, ah, kalau kamu nggak berhenti ngambek aku nggak lepasin, nih” katanya dengan nada mengancam.
“Nggaklah cuma bercanda tahu, oh, iya, besok kita tetap pulang bareng, kan?” tanyaku.
“Iya, ya. Jam setengah 3 tunggu aku di tempat biasa, ya” katanya lalu dia membalik badanku lalu mencium jidatku.
“Masuk, yuk udah malam, nih” katanya lalu menggandeng tanganku sambil berjalan masuk ke dalam rumah, sama seperti waktu itu.
Tapi siapa sangka, itu adalah terakhir kalinya aku bisa melihat Zero.
***
Tepat jam setengah 3 aku menunggu Zero di tempat kami biasa janjian, tapi bukannya Zero yang kutemukan malah mama yang menyuruhku masuk ke mobil dan mengajakku ke suatu tempat. Saat aku ingin bertanya dimana Zero aku mengurungkan niatku karena ku lihat muka mama sangat serius jadi aku memilih diam.
Kami lalu sampai di sebuah rumah sakit dan berjalan kea rah unit gawat darurat di sana sudah ada mama Zero yang mukanya sudah basah karena air mata satu-satunya hal yang bias ku dengar keluar dari mulutnya adalah “Dia sudah tidak ada”
***
Besoknya di adakan pemakaman Zero, di sana ada keluarga dan teman-teman Zero dan juga rekan kerja orang tua Zero, hampir semua orang yang ada di sana menangis, sepertinya hanya aku yang tidak punya ekspresi apapun di mukaku saat ini.
Setelah orang-orang mulai pergi aku tetap tinggal di sana, menangis sampai aku sudah tidak merasakan apapun di sekitarku.
‘Bego, tunangan macam apa yang pergi pas di hari pertunangannya sendiri, tapi kamu tahu nggak? Aku nggak akan pernah berusaha mencari orang lain karena kamu satu-satunya partner-ku di dunia ini. Bye bye Zero” kataku lalu berjalan pergi dari tempat itu.
Everlasting Partner part 1
Aku terlahir sebagai tuan putri sebuah keluarga bangsawan darah biru, seingatku selama 9 tahun sejak lahir sampai sekarang, aku tidak pernah keluar dari rumah, yang di sebut oleh orang biasa sebagai mansion, bahkan istana ini. Semua hal ku lakukan di rumah, aku tidak pernah pergi ke sekolah, orang tuaku memanggil guru-guru terbaik untuk datang ke rumah dan mengajariku pelajaran seperti matematika, sains dan lain-lain, selain itu orang tuaku juga memanggil guru kursus terbaik untuk hal-hal non akademik seperti balet, renang dan lainnya. Selama 9 tahun aku tidak punya teman, tapi siapa sangka, di hari saat aku benar-benar menginjak umur 9 tahun duniaku berubah.
Di hari itu, papa dan mama mengundang rekan bisnis mereka yang juga mengajak anak-anak mereka, aku tahu mereka hanya berpura-pura manis padaku karena aku yakin orang tua mereka ingin orang tuaku melihat sisi baik mereka. Benar-benar menjijikkan.
Tapi di antara anak-anak yang sok cari perhatian itu, ada satu yang berbeda. Seorang anak laki-laki yang kira-kira berumur 13 tahun, karena bosan dengan anak-anak lain aku menghampirinya yang sedang duduk sendirian di sebuah meja.
“Permisi, apakah kursi ini kosong?” kataku dengan sopan.
“Ah? Oh, ya, tentu, silakan duduk” katanya sambil berdiri dan menarik salah satu kursi yang kosong supaya aku bisa duduk.
“Kamu Cherry Weber, anak tuan Weber yang mengadakan acara ini, bukan? Maaf berlaku tidak sopan, saya bahkan belum memperkenalkan diri saya. Perkenalkan, Zero Meyer, putra tertua dari pemilik Meyer inc.” Katanya sopan. Dia lalu menarik salah satu kursi yang kosong supaya aku duduk di situ lalu sepanjang malam itu ku habiskan berbicara dan bercanda dengannya. Aku merasa sangat senang saat bersamanya dan dia juga merasa begitu jadi setiap ada pesta kami berjanji akan bertemu lagi lalu saat pesta itu berakhir kami berjanji akan bertemu lagi di pesta yang lain dan terus seperti itu berulang-ulang.
Siapa sangka pertemuanku dengan Zero Meyer akan mengubah duniaku.
***
Sekitar 2 minggu setelah pertemuan kami, mama memberi tahu sesuatu yang membuatku senang tapi heran juga benar-benar membingungkan.
“Cherry, akhir-akhir ini sepertinya akhir-akhir ini kamu jadi rajin ikut ke pesta dan berbicara dengan putra tertua keluarga Meyer, apa itu benar? Ada apa di antara kalian?” kata mama di suatu hari saat aku, mama dan papa sedang makan malam bersama di rumah.
“Iya, mama, tapi tidak ada apa-apa di antara kami, kami hanya berteman apa tidak bias?” kataku dengan gugup.
“TIdak, mama malah senang, apalagi dia dari keluarga yang selevel dengan kita, oh, iya, dan satu lagi mulai lusa kamu akan masuk ke sekolah yang sama dengannya” kata mama sambil meneruskan makannya.
“Lho? Tapi kenapa? Bukannya belajar di rumah dengan guru terbaik saja sudah cukup?” kataku.
“Sebagai penerus kamu harus terus menambah pengetahuan dan kenalanmu juga, selain itu kamu harus selalu bersama tunanganmu, dan mama tidak mau dengar kamu protes” kata mama.
Aku sama sekali tidak ada keinginan untuk protes soal sekolah, tapi tunangan? Aku sama sekali tidak pernah mendengar soal ini. Aku minta penjelasan mama dan dia hanya bilang pertunanganku dan Zero akan diadakan saat ulang tahun Zero yang ke 14 di bulan Agustus, 3 bulan dari sekarang.
Malamnya Zero dating dengan keluarganya untuk membicarakan hal ini, saking gugupnya aku bahkan tidak bisa melihat langsung muka Zero, sampai akhirnya dia minta izin untuk keluar denganku.
Kami pergi ke taman untuk berjalan-jalan, tidak ada yang bicara sampai akhirnya Zero memutuskan untuk duduk di salah satu bangku panjang di taman itu dan mengajakku bicara.
“Hari ini, bintangnya banyak, ya, keren deh” katanya memecah keheningan.
“Iya, ya, semoga setiap hari bisa seperti ini seterusnya” kaataku sambil melihat kea rah langit masih belum berani melihat muka Zero.
“Kamu tahu, nggak? Waktu kecil dulu aku benci namaku, soalnya aku merasa aku itu nothing, tapi sekarang aku malah bangga sama namaku” katanya.
“Kenapa?” hanya itu yang bisa ku katakan.
“Soalnya ku pikir semua itu di mulai dari nol nggak mungkin langsung dari 1 atau bahkan 10,kan” katanya sambil tertawa.
“Oh, iya, mulai besok kamu masuk sekolah, kan? Setiap hari kita pulang bareng, ya. Masuk, yuk lama-lama jadi dingin di sini nggak tahan aku” katanya lalu menggandeng tanganku dan berjalan masuk kembali ke dalam rumah.
Tuesday, August 7, 2012
hey hey ho again
Hari ini tanggal 8 Agustus jam 13:12 wita wilayah gue mestinya hari ini gue nge-post cerita kaya' bulan-bulan sebelumnya tapiiiiiii hari ini kaya'nya susah deh ga tau mo nyari wifi dimanacpadahal gue udah punya 2 cerita bulan ini satu one shot kaya' biasanya yang satu lagi cerita panjang yang bakal gue post 1 chapter tiap bulannya dan sekedar bocoran yang bersambung itu ceritanya kaya' alice academy yang di ceritain dengan gaya gue dan di gabung sama Rune Factory yah intinya kaya' ngegabungin 2 hobi gue gitu deh tapi sekali lagi gue bilang ga tau mau cari wifi dimana ini soalnya file gue ada di laptop terus gue nulis post yang ini lewat tab gue ah sudahlah ntar juga dapet caranya sabar aja ya. Signing out for now will be back in few hours.
Subscribe to:
Comments (Atom)