Saat
kembali ke waktuku aku kembali ke kelasku yang sudah kosong untuk mengambil
tasku, lalu ke asrama, di depan pintuku sudah ada Lea dan Annet yang menungguku
dengan muka kesal dan juga khawatir, pasti karena aku pergi tanpa memberi tahu
mereka.
“Kamu dari
mana? Tadi aku cariin kamu di kelas tapi yang ada cuma tas kamu, aku tanya Rei
kamu ke mana dia juga nggak tahu, kita kepikiran sama kamu tahu” kata Annet.
“Kita
nyadar kita salah, ninggalin kamu sendirian kayak gitu, tapi bukan berarti kamu
harus kayak gini, kan? Seenggaknya telpon kek, SMS kek, terserah, asal jangan
bikin kita khawatir soal kamu” timpal Lea.
“Aku... “
baru saja aku mau menjawab mereka, handphone-ku bergetar, saat ku keluarkan
benda itu dari kantongku, setelah melihat SMS yang baru di kirimkan untukku itu
entah kenapa aku langsung tersenyum.
“Nanti aja
jelasinnya, aku lupa udah ada janji penting hari ini, nih ambil kunci kamarku,
sekalian simpenin tasku, ya”kataku lalu berlari turun ke luar asrama menuju “tempat
itu”.
Aku mencari
dia di antara banyak murid lain yang memenuhi kantin sore itu, dan menemukannya
di kursi yang terletak di tengah kantin, dia lalu berdiri menghampiriku dan
menarikku keluar ke tempat yang lebih sepi.
“Kenapa? Ada
apa hari ini kamu memutuskan untuk bicara denganku?” tanyaku setenang mungkin
setelah 5 menit tidak seorangpun dari kami yang bicara, biarpun aku cukup panik
juga karena aku tahu apa yang ingin dia bicarakan hari ini.
Bukannya
menjawab pertanyaanku, dia malah memelukku erat, lalu dia berbisik di kupingku.
“Maaf,
nggak seharusnya aku bertingkah kayak gini, selalu cari ribut sama kamu,
berusaha untuk menang dalam hal apapun dari kamu, tapi itu semua aku lakukan
supaya aku bisa masuk dalam pandangan matamu biarpun cuma sedikit” dia
membisikkan kata-kata itu dengan begitu pelan dan lembut sangat berbeda dengan
dia yang ku kenal selama 10 tahun terakhir ini.
“Aku nggak
tahu ini benar atau nggak, tapi aku rasa aku suka sama kamu, aku bukan baru
menyadarinya sekarang, aku menyadarinya sejak dulu, tapi aku acuhkan perasaan
itu karena aku tahu kamu akan menolakku, tapi semakin lama semakin banyak orang
yang mendekatimu, aku nggak suka, makanya hari ini aku memutuskan untuk
mengatakan semuanya, nggak kamu jawab juga nggak apa-apa, keputusan tetap di
kamu, biarpun aku tetap berharap kamu mau jadi pacarku” lanjutnya lagi, lalu
aku balas memeluknya juga.
“Kamu mau
tahu alasan kenapa aku ladenin semua ejekan dan tantangan kamu selama ini?”
tanyaku balik berbisik kepadanya, “Itu juga karena aku suka sama kamu, dan kamu
tahu, nggak? Kalau aku punya kekuatan untuk bisa menjelajahi waktu?” tanyaku.
Dia
menggeleng.
“Tadi,
setelah kamu menahanku di kelas, aku pergi untuk melihat masa depanku 3 tahun
dari sekarang, dan kamu tahu? Aku melihat aku dan kamu sudah menjadi kita”
kataku sambil tersenyum.
“Maksud
kamu?” tanyanya tidak mengerti.
“Itu
artinya, kalau sampai bisa selama itu artinya kita akan baik-baik saja dan bisa
bertahan lebih dari itu, dan artinya aku nggak keberatan pacaran sama kamu. Lagian...”
kataku menggantung kata-kataku.
“Lagian
apa?” tanya Rei penasaran.
Aku
membisikkan jawabanku lalu lari kembali ke asramaku untuk menceritakan ini
semua ke Annet dan Lea.
Mau tahu
apa yang ku bisikkan ke dia?
“Lagian aku
juga suka sama kamu, selama ini sifat galakku itu cuma sekedar buat nutupin
perasaan aku biar kamu nggak tahu hehehe....”
Dan bukan
hanya 3 tahun dari sekarang, aku yakin saat aku mengunjungi masa depan nanti
entah itu 10, 20, atau bahkan 50 tahun setelah ini, kamu akan selalu bersamaku.
THE
END
No comments:
Post a Comment