Wednesday, February 25, 2015

Author's Activity 8

Heyho! It's Wednesday! It's showtime!
Jadi minggu ini bukan nulis soal anime atau game idol, progress cerpen juga bukan inti tulisan ini, yang jadi inti kali ini adalah salah satu annual event jurusan gue : Hina Matsuri!
Eh? Hina Matsuri itu apa? Hina Matsuri itu festival khusus anak perempuan di Jepang, diadakan setiap tanggal 3 Maret tapi entah kenapa jurusan gue ngerayainnya hari ini.
Setahu gue, setiap tanggal 3 Maret itu anak perempuan di Jepang bakal mengundang teman mereka untuk datang ke rumah mereka kemudian menyanyikan lagu dan memakan makanan khusus Hina Matsuri di depan boneka khusus juga, ukuran bonekanya macam-macam mulai dari yang cuma terdiri dari 2 buah boneka saja sampai yang terdiri dari 15 boneka yang disusun di tangga yang dilapisi karper merah (kayak tamu VIP aja-_-), sedangkan perayaan Hina Matsuri ala jurusan gue berarti majang boneka itu, nampilin beberapa pertunjukan yang dibuka untuk umum terus pulang, pertunjukan yang ada biasanya tarian tradisional, modern, paduan suara dan lain-lain.
Laporan pemimpin upacara kepada pembina upacara!!! Eh, salah, laporan progress cerpen, hahaha...
Udah selesai doooong, sebetulnya cerita kali ini cuma cerita lama yang terpending dan baru selesai sekarang, dan harus gue akuin ini tahun yang penuh sama sequel, bulan ini Night Sky, bulan depan Traveler of The Time, niatnya mau bikin sequelnya Zero juga tapi nggak tahu kapan.
Lapor! Upacara telah selesai! Bubarkan barisan!
Bercanda, gue juga muak kok liat kata upacara hahaha...
I guess that's it for this week, better start thinking about next week's post and next month's deadline.
Greetings from Dream Land :)

Wednesday, February 18, 2015

Author's Activity 7

Heyho! It's Wednesday! It's showtime!
Akhirnya Lappy sadar dari komanya dan empat hari ke depan adalah "wai wai time" karena libur tanggal merah bersambung long weekend yang sudah siap dipakai nonton PriPara dan AiKatsu, oh iya dan plan lain-lain juga.
Terus... ini udah lewat tengah bulan artinya gue harus mulai editing cerpen buat bulan depan terus ngelanjutin cerita panjang juga, gara-gara cerpen bulan ini jadi dapat pencerahan buat lanjut hahaha...
Ya tentu aja kenyataan kalau sebetulnya gue masih sibuk kuliah itu tetap ada, tapi apa daya kalau nulis dan main game lebih menggoda.
Oh iya, lagi-lagi seperti saat gue buat blog ini, gue dapat hasutan dari temen buat bikin WattPad dan kemungkinan cerita panjang gue bakal masuk di situ, tapi gue nggak pake nama sendiri, gue pinjem nama Vega, yang entah sejak kapan udah jadi pen name gue.
Kayaknya minggu ini sampe sini aja, yang punya warnet minta ditemenin keluar jadi mau nggak mau harus sign out *tears*.
Greetings from Dream Land :)

Wednesday, February 11, 2015

Author's Activity 6

Heyho! It's Wednesday! It's showtime!
See? Back on schedule, right? Nyahaha, kan udah dibilang minggu lalu itu cuma lupa post, bukannya kembali nggak konsisten dan jadi amatir selamanya.
Mmm... minggu ini... apa ya?
Oh iya, terima kasih kepada semester baru, gue jadi nggak bisa mengikuti AiKatsu dan PriPara karena jadwal kuliah dan kegiatan organisasi yang luar biasa, bahkan hari ini sebetulnya sempat berpikir kalau begitu aktivitas hari ini selesai sudah tidak punya tenaga lebih untuk menulis post ini dan ternyata Tuhan masih cukup baik untuk menguatkan badan yang mungkin mulai lelah ini untuk menulis.
Terus hmm... ah, iya, untuk sementara mungkin tulisan-tulisan gue bakal ditulis dan dipost dari hape tercinta, dikarenakan lappy yang ngambek kemudian berkhianat karena mungkin dia juga mulai lelah di saat gue mulai berpikir buat serius.
Terus... terus... nabrak! Ya nggak lah, ini efek tugas yang mulai menumpuk padahal semester baru ini baru memasuki minggu kedua, tapi udah disodirin tugas dan presentasi yang bakal mengurangi waktu kerja gue di blog, di binder yang penuh ilustrasi ngasal dan udah jelas di dunia game karena udah jelas mereka mau nggak mau berada di urutan teratas skala prioritas gue, terima kasih, banget, kepada orang-orang yang selalu ngasih tekanan buat cepat wis.. wis.. ya entah apa namanya, bodo amat.
Hng? Kenapa jadi curhat alay gini? Udahlah, mungkin sebaiknya gue nulis atau mungkin mulai hapal vocab buat presentasi atau mungkin bermalas-malasan, entahlah.
Sekian postingan yang berakhir curhat alay ini, kurang lebihnya mohon dimaafkan.
Greetings from Dream Land :)

Wednesday, February 4, 2015

Author's Activity 5

Heyho! It's Thursday! It's showtime!
Eh? Thursday?
Yap, post ini telat sehari, draftnya udah ada dari kemarin tapi lupa dilanjutin, dasar amatir.
Udah ngelewatin setengah dari minggu pertama semester ini tapi entah kenapa udah merasa bosan seandainya bukan karena orang-orang di sekitar yang bikin ketawa setiap hari mungkin udah bolos sampai orang bener-bener aktif kuliah hahaha...
Mmm... gimana ya? Minggu ini bisa dibilang masih ada tiga hari lagi soalnya hari ini belum "officially started", jadi sebetulnya belom berhak buat komentar apa-apa, tapi apa daya orang di sekitar dari Day 1 udah bertingkah, ada yang berevolusi, ada yang tambah konyol, ada yang tambah sensian, yang bikin mereka punya cerita sendiri di kepala gue (dasar kriminal), kemarin gue bareng temen yang udah berstatus ganda campuran dan partnernya, ngekor gitu di belakang, nggak sadar udah jadi aja "cerita" mereka, mungkin gue akan coba tulis cerita mereka sendiri atau diselip di cerita lain habisnya sumpah ini pasangan ganda campuran paling konyol yang pernah gue liat.
Anyway, selama gue kuliah mungkin post gue cuma gini isinya, gue bakal cerita tentang ada apa di sekitar gue dan mungkin progress dari "sampah" baru gue, don't like, don't read, right?
Greetings from Dream Land :)

Monday, February 2, 2015

The First Valentine part 3

Tanggal 13 Februari, aku tidak belajar sama sekali untuk ujian besok dengan dua alasan. Pertama, aku tidak mau membebani otakku sehari sebelum ujian dan jadi tidak fokus saat mengerjakan soal dan kedua, aku harus membuat coklat yang akan kuberikan kepada Yoru dan Sora.
Sora... entahlah, aku tidak yakin akan memberikan coklat padanya atau tidak, setelah kupikir lagi mungkin sebaiknya tidak kuberikan, habis dia juga pasti tidak mau, tapi kenapa rasanya seperti ini, ya?
Pada akhirnya, aku tetap membuat bagian untuk Sora juga, tapi entah bagaimana aku akan menyerahkannya besok, bahkan sebetulnya coklat yang kubuat untuk Sora sebenarnya berbeda dari coklat yang akan kuberikan kepada ayah, Yoru dan Tsubasa, untuk ketiga orang itu aku membuat praline sedangkan untuk Sora aku membuat kue coklat, kenapa? Aku bahkan lebih berhati-hati saat menghias kue coklat bagian Sora, kenapa?
Pagi hari di hari Valentine, aku bangun sangat cepat, setidaknya aku bangun lebih dulu dari alarmku. Aku memasukkan semua barang yang kuperlukan untuk ujian ke dalam tas, alat tulis, kartu tes dan lain-lain bahkan mengeceknya berkali-kali suoaya tidak ada yang tertinggal, aku juga mengambil coklat yang akan kuberikan kepada Tsubasa dan Yoru, bagian ayah akan kuberikan nanti saat sarapan, sedangkan bagian Sora masih terletak di meja, entah kapan akan kuberikan.
Pagi itu, aku melakukan semua kegiatan harianku seperti hari-hari lainnya, yang berbeda mungkin hanya waktu pengerjaannya yang kupercepat, mengurus rumah, membangunkan Yoru dan Sora, lalu pergi ke tempat tes diadakan. Yoru dan Tsubasa menerima coklat bagian mereka dengan senang hati, tentu saja, sedangkan Sora hanya diam, entah karena kesal atau tidak tahu harus bilang apa karena hanya dia yang tidak dapat bagian.
Semua soal tes itu kukerjakan dengan lancar tanpa kesulitan yang berarti, Yoru dan Tsubasa juga mengatakan hal yang sama, sedangkan Sora mengeluh kalau soal tes itu dibuat bukan untuk tes masuk SMP tapi SMA, bahkan universitas, padahal sebetulnya itu hanya karena dia kurang belajar saja, si bodoh itu... semoga saja dia bisa lulus bersama kami karena aku tidak mau ada salah satu dari kami yang harus terpisah.
Setelah tes berakhir hanya satu hal yang kupikirkan, bagaimana caranya aku memberikan coklat itu ke Sora? Belakangan ini kami jadi semakin sering bertengkar dan tidak bisa ngobrol normal, selalu saja berakhir dengan adu mulut, aku juga memikirkan apakah aku harus langsung datang ke rumahnya untuk menyerahkan coklat atau bagaimana, begitu sampai di rumah aku mengganti bajuku lalu menatap  ke arah telepon kaleng yang tergantung di jendelaku. Telepon kaleng itu tersambung ke kamar Yoru dan Sora, kami membuatnya dua tahun yang lalu karena saat itu kami tidak punya HP, sebetulnya bisa saja memakai telepon rumah yang lebih cepat dan efisien tapi ada saat tertentu kami ingin membicarakan sesuatu yang tidak seharusnya didengar oleh ayah dan ibu kami, di kedua ujungnya diikat banyak kaleng lain jadi kalau benangnya digoyangkan yang di seberang bisa tahu kalau mereka dihubungi, biarpun terkadang saat sudah benar-benar tidak sabaran kami akan melempar kerikil ke jendela di seberang, tidak heran kaca jendela kami sudah lecet disana-sini, di masa depan saat kami sudah dewasa telepon kaleng ini akan menjadi bahan lelucon di antara kami tapi itu cerita untuk lain kali.
Aku memberanikan diri untuk menggoyangkan benang telepon itu, dari jendela kamarku aku bisa melihat kaleng di seberang sana sudah bergerak menghasilkan suara ribut yang bisa membuat orang yang berada di dekatnya tuli seketika, dalam waktu beberapa detik saja aku melihat Yoru mengangkat kaleng itu.
“Kenapa?” tanya Yoru dari kamarnya.
“Sora ada?” tanyaku dengan suara pelan tapi Yoru masih bisa mendengarnya dengan jelas.
“Iya, ada. Sora dicari, nih.” kulihat Yoru menyerahkan kaleng itu ke Sora, kemudian kaleng itu berpindah tangan dan kudengar suara Sora dari kaleng yang kupegang.
”Apa? Kalau mau ngomong cepetan, aku capek.” katanya jutek.
“Keluar dong, sebentar aja, please.” kataku dengan nada memohon.
“.....” tidak ada jawaban, aku baru saja akan menyerah menyerahkan coklat itu saat Sora bersuara.
“Ya udah, aku tunggu di bawah.” kata Sora, setelah itu kami melepas kaleng yang ada di tangan kami lalu turun ke bawah, aku mampir ke dapur untuk mengambil coklat Sora dulu baru keluar, begitu keluar dari rumahku Sora juga sudah ada di depan rumahnya lalu aku berjalan ke arahnya.
“Kenapa? Padahal di atas juga nggak apa-apa.” katanya begitu aku berada hanya beberapa langkah dari Sora.
“Bego, kalau di atas aku nggak bisa kasih ini, atau kamu maunya benda ini kulempar aja?” tanyaku sanbil meletakkan bungkusan berisi kue coklat yang kubuat kemarin, “Tenang aja, dapurku masih utuh, kok terus ayah juga tadi pagi baik-baik saja setelah makan coklat buatanku jadi mestinya nggak apa-apa, udah ya.” aku sudah berbalik arah dan berjalan beberapa langkah ke rumahku saat Sora mengejarku.
“Makasih. Tadi pagi sebenarnya agak kecewa juga waktu aku nggak dapat, ternyata ada, beda lagi sama punya Yoru. Terus maaf, ya, akhir-akhir ini aku menyebalkan, aku cuma terlalu terbebani sama tes masuk hari ini soalnya kalau aku gagal mereka – saudara-saudara ibuku - akan membandingkanku dengan Yoru lagi.” kata Sora.
“Nggak apa-apa, aku ngerti, dari dulu orang dewasa itu memang begitu, tenang aja, kamu pasti lulus, kok. Kita bakal sama-sama lagi di SMP nanti. Udah, ah, masuk, yuk. Dingin, nih, lanjut di atas aja.” kataku lalu kami berjalan kembali ke rumah masing-masing.
Siapa sangka, sejak Valentine itu hubunganku dengan Sora membaik, kami jadi jauh lebih akrab dari sebelumnya, mungkin memang sejak saat itu aku menyukainya tapi aku baru sadar bertahun-tahun kemudian.
Tapi biarlah, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.
                               - END -

The First Valentine part 2

Keesokan harinya, aku pergi dan pulang sekolah sendirian, biarpun kemarin aku hanya bertengkar dengan Sora seperti pertengkaran-pertengkaran sebelumnya Yoru juga akan terkena imbasnya, aku mengacuhkan mereka berdua dan sepulang sekolah bukannya ke rumah mereka seperti biasanya aku malah ke rumah sahabatku Tsubasa, sekalian untuk memikirkan coklat seperti apa yang akan kubuat.
“Kalau mereka yang kayak apa aja juga bisa, kan? Apalagi Sora, makanan apa aja pasti habis kalau dikasih ke dia.” kata Tsubasa sambil membolak-balik majalah di depannya.
“Nggak bisa gitu! Aku mau buktiin ke mereka kalau aku bisa bikin coklat yang enak! Apalagi ke Sora." kataku.
“Heee... aku baru tahu kalau kamu suka sama Sora.” kata Tsubasa kali ini benar-benar menatap mataku.
“Heh? Kapan aku pernah bilang begitu? Aku cuma bilang aku bakal buktiin kalau aku bisa bikin coklat yang enak, kenapa kamu malah mikir kalau aku suka sama dia?” aku menatap tidak percaya ke sahabatku itu.
“Habis kamu lebih sering ngomongin Sora daripada Yoru, apapun yang Sora bilang selalu kamu tanggapin serius dan kamu kayaknya peduli banget sama dia.” katanya lagi, kali ini dia sudah kembali sibuk membolak balik buku resep yang entah sejak kapan sudah menggantikan majalah yang tadi ada di depannya, “Eh, kue yang ini kayaknya enak, bikin ini aja.” dan pada akhirnya kami sudah tidak membahas kemungkinan aku suka sama Sora, kami kembali ke tujuan awal kami yaitu mencari coklat yang tepat untuk Yoru dan Sora.
Mana mungkin aku jatuh cinta sama sahabatku sendiri!, pikirku tapi pada akhirnya aku mengakui kalau Tsubasa benar, biarpun hal itu baru terjadi bertahun-tahun kemudian.

The First Valentine part 1

Cerita ini terjadi beberapa tahun sebelum aku, Yoru, ataupun Sora menyadari kalau perasaan kami mulai berubah. Musim dingin kelas enam SD, musim dingin yang tidak akan pernah aku lupakan.
                               ***
“Sebentar lagi Valentine, lho!” kataku semangat sore itu, saat itu seperti biasa aku ada di kamar Yoru dan Sora bermain dengan apa saja yang kutemukan di sana sambil menunggu ayah pulang.
“Terus kenapa? Paling juga kamu cuma bakal kasih kita coklat beli jadi seperti tahun-tahun sebelumnya.” kata Sora sambil tetap fokus dengan game yang ada di tangannya, Yoru tidak mempedulikan kami karena sibuk dengan buku kumpulan soal di depannya, karena ujian masuk SMP semakin mendekat makanya dia jadi lebih rajin dari biasanya, tentu saja itu artinya aku dan Sora juga akan mengikuti ujian itu, tapi kami baru akan belajar beberapa hari sebelum ujian karena kami bukan tipe yang serius seperti Yoru, biarpun aku tetap mengkhawatirkan hasil ujianku, sih.
“Jahat ih, padahal tahun ini aku mau bikin sendiri, lho! Ya udah kalian nggak akan aku kasih, terutama kamu Sora!” kataku sambil pura-pura ngambek.
“Eh, mending nggak usah coba-coba bikin, nanti dapurmu meledak, kasihan ayahmu harus bayar uang renovasi.” kata Sora yang akhirnya menoleh padaku dan bantal yang kulempar mendarat tepat di mukanya.
“Maaf aja, ya, begini-begini aku bisa masak, lho! Kalau cuma coklat aja aku bisa bikin kok!” kataku kesal.
“Iya... iya... terserahlah.” kata Sora menutup perdebatan kami sore itu, setelah itu kami bertiga tetap sibuk dengan apa yang kami lakukan sampai ayah datang menjemputku dua jam kemudian.
Akan kubuktikan kalau aku pasti bisa! pikirku, masih ada seminggu lagi, mestinya cukup untuk belajar membuat coklat, tapi aku juga harus belajar untuk ujian masuk yang diadakan tepat di hari Valentine, semalaman aku bingung memikirkan pembagian waktuku.
Padahal sudah jelas belajar untuk ujian masuk lebih penting, tapi kenapa aku malah jadi sangat semangat untuk membuat coklat tahun ini? Apa karena dia? Ah, nggak mungkin! Nggak ada apa-apa antara aku dan dia, dia cuma temanku aku nggak perlu memikirkan semua perkataannya, pikirku, daripada memikirkan hal seperti ini lebih baik aku belajar untuk ujian masuk, membuat coklat bisa kulakukan nanti, Ya, harusnya aku nggak perlu memikirkan apapun yang dikatakan Sora, tapi kenapa aku jadi kesal begini?

Author's Note 6

Halo halo...
Tanggal 2 Februari berarti waktunya post cerpen yang biasanya berakhir kepanjangan, tenang aja kali ini nggak bakal bikin excuses yang nggak masuk akal kok, cerita udah siap di post, cuma mau kasih tau aja cerita kali ini bisa dibilang prequel cerita yang gue tulis dulu "The Night Sky", prequel ini terjadi waktu Nagare, Yoru dan Sora masih kelas 6, menceritakan gimana sampai "tombol terlarang" itu tertekan, entah kenapa suka banget tulis cerita soal tiga orang ini dan mungkin kedepannya bakal nulis cerita-cerita lain soal mereka.
Awright, enough with the rambling, lusa juga nulis lagi, enjoy the story for now.
Greetings from Dream Land :)