Setelah
keluar kelas aku langsung menuju kelas Lea dan Annet supaya aku bisa pulang
dengan mereka, tapi ternyata guru mereka belum keluar jadi aku menunggu di
depan kelas mereka.
“Eh
Vega, udah lama nungguin disini?” tanya Annet yang baru keluar dari kelasnya.
“Nggak
juga kok. Eh, hari ini mau pergi keluar nggak?” tanyaku.
“Yaaah...
hari ini nggak bisa, udah janji mau kerja tugas sama teman sekelas.” kata Annet.
“Telat
kamu, makanya kalau mau keluar sama kita harus booking sebulan sebelumnya.” tambah Lea.
“Ah
bego, sok penting banget, ya udah aku pergi sendiri aja.” kataku lalu berjalan pergi
meninggalkan mereka.
“Ciyeeee.....
ngambek! Mau dibujukin nggak?” teriak Lea dari tempatnya berdiri tadi tapi aku
tidak peduli dan terus berjalan sampai ke kamarku.
Masa cuma gara-gara rolling jadi
kacau begini sih?,
tanyaku pada diriku sendiri sambil berbaring di kasurku lalu aku teringat
sesuatu.
“Kalau
aku ngecek masa depan mungkin perasaanku akan jadi lebih baik... atau mungkin
nggak, udahlah cek aja dulu.” lalu aku berdiri dan bersiap-siap pergi ke masa
depan.
***
Aku
sudah berpindah, sekarang aku sudah berada di luar, di antara kelasku dan kelas
sahabat-sahabatku lebih tepatnya, tapi ada yang aneh disini karena biarpun di
luar masih terang tapi tidak ada siapapun di sini, padahal pada hari Minggu
sekolah juga biasanya ramai dengan murid-murid yang mengikuti ekskul, karena
penasaran aku jadi terus berjalan sampai aku mendekati aula yang entah kenapa
sangat ramai dan ribut.
Aku
mengintip dari luar melalui jendela dan benar saja ada sangat banyak orang di
dalam sana.
Ada apa ya? Kok ramai banget?, pikirku, lalu aku melihat
aku, Rei, Ace, Annet dan Lea tidak jauh dari tempatku mengintip jadi aku
mencoba untuk mendengar apa yang sedang mereka bicarakan.
“Akhirnya
kita bisa benar-benar keluar dari tempat sialan ini!” kata suara yang aku yakin
pasti milik Rei.
“Biar
kamu bilang sekolah sialan tapi kamu suka kan?” goda Ace yang diikuti dengan
ejekan lain dari Lea dan Annet.
“Ya
iyalah, kalau nggak sekolah di sini
pasti sampai sekarang masih jomblo.” kata Annet.
“Biar
cakep tapi kalau nyebelin gini biasanya orang pasti nggak mau, untung pacarmu bukan
salah satu dari kelompok orang lain itu.” tambah Lea.
“Sialan,
untung habis ini aku nggak perlu ketemu kalian lagi.” gerutu Rei.
“Udah...
udah... kasihan anak orang, nanti nangis lho, hahaha...” kataku yang
ternyata tersembunyi di antara mereka.
“Nggak
apa-apa, kan pacarku siap 24 jam buat bujukin aku.” kata Rei sambil melingkarkan
lengannya di pundakku.
“Ih,
nggak mau, mending cari yang lain aja.”
kataku lalu melepaskan diri dari rangkulan Rei dan menjauh beberapa langkah darinya.
“Serius?
Emang kamu nggak apa-apa putus dari aku?
Ya udah, aku
cari cewek lain aja.
Di luar sana pasti banyak.” balas Rei tidak mau kalah
“Misi
mas, mbak, kalau mau berantem mending di tempat lain aja, soalnya tempat ini
isinya bukan cuma kalian aja.”
kata Ace, Lea dan Annet bersamaan.
Dan
mereka semua tertawa, sangat berbeda dengan keadaanku sekarang.
“Tapi
setiap kali ingat kejadian rolling waktu kelas 2 dulu emang gila ya, Vega nggak
betah di kelasnya sampai mengancam bakal pindah sekolah kalau dia nggak sekelas
sama Annet dan Lea.” kata Ace.
“Iya,
Rei nggak mau pisah kelas dari Vega jadi dia juga pindah kelas, asli kacau
banget.”
tambah Lea.
“Untung jurusannya sama, kalau beda aku yakin waktu itu permintaan Vega
bakal susah buat dikabulin.” kata Annet sambil menggelengkan kepalanya.
Pindah kelas? Emang yang begitu bisa
ya? Kalau memang itu yang terjadi di masa depan mungkin sebaiknya aku coba saja, pikirku.
No comments:
Post a Comment