Sejak
kapan?
“Eh, lihat deh senior yang itu, keren, ya.”
“Ah, masa sih? Aku sih lebih suka itu, lho anak
jurusan Sastra Inggris.”
“Apa ada orang yang kamu suka?”
Kenapa, ya? Setiap hari hal-hal seperti ini terus dibahas?
Apa karena memang sudah waktunya? Apa karena status kami sekarang sudah jadi
mahasiswa makanya hal ini terus dibahas? Aku tidak mengerti, yang jelas begitu
kusadari entah sejak kapan orang-orang di sekitarku terus membahas masalah
perasaan sentimental ini, saking tidak pernahnya mendengarku berbicara soal
topik ini suatu hari salah seorang temanku bertanya langsung padaku.
“Kamu itu nggak punya orang yang ditaksir apa? Setiap
hari kita yang sibuk ngeributin soal orang-orang keren di fakultas kita tapi
kamu selalu diam aja.”
“Bukan begitu, bukannya nggak ada tapi belum ada,
bedakan itu.” Itulah jawabanku saat itu, biarpun sebenarnya aku yang paling
tahu kalau saat itu aku berbohong, diam-diam aku menyukai Hiro, ketua
angkatanku dan yang tahu soal ini hanya dua orang yaitu sahabatku Tsubaki.
“Kenapa, sih kamu nggak pernah coba kasih sinyal ke
dia?” tanya Tsubaki saat kami sedang dalam perjalanan pulang dari kampus.
“Aku takut aku bakal menghancurkan semuanya, lagian
sampai saat ini aku jarang ngobrol sama dia.” jawabku.
“Tapi bukan berarti kemungkinannya 0%, kan?”
Aku hanya bisa diam.
Dan seorang lagi orang yang tahu adalah sahabat Hiro,
Sora.
“Tahu nggak? Hiro itu suka sama cewek yang kalem dan nggak
pecicilan, jadi mestinya kamu tahu, kan apa yang harus kamu lakukan?” katanya
“…tapi aku yakin Hiro bakal lebih suka lagi kalau kamu menjadi dirimu sendiri
dan nggak memaksakan dirimu menjadi sosok yang lain cuma untuk dia.”
Makanya, saat aku ada di dekat Hiro aku mencoba untuk
kalem tapi kalau dia sudah lewat aku pasti bakal meledak.
“Kamu itu kayak anak SMA labil yang ketemu idolanya
kalau Hiro lewat.” kata Sora suatu hari.
“Biarin, yang jelas aku bisa sok kalem kalau ada dia nggak
kayak kamu yang salah tingkah kalau ada Tsubaki.” balasku.
Sora hanya bisa diam.
Yup, Sora
suka sama sahabatku Tsubaki, mereka teman dari kecil, teman sejak SD tepatnya,
makanya aku tahu kalau perasaan Sora untuk Tsubaki sudah ada jauh sebelum kami
bertemu. Aku sering bertanya soal Hiro pada Sora dan sebagai gantinya aku akan
memberikan informasi soal Tsubaki, intinya aku dan Sora itu sama-sama orang
yang bertepuk sebelah tangan, tidak jarang saat di kelas kami pura-pura
membahas soal materi kuliah tapi sebetulnya kami membicarakan Tsubaki dan Hiro,
sampai suatu hari Sora membuat keputusan luar biasa.
“Hari ini aku mau nembak Tsubaki” katanya.
“Eh? Serius?” kataku tidak percaya.
“Serius, lihat, nih.” dia mengeluarkan sekotak coklat
dan setangkai bunga dari balik jaketnya.
“Aku kalah, dong. Ya udah, kalau berhasil jangan lupa
traktir aku ya” kataku.
“Tenang aja, pasti kamu yang pertama kutraktir, aku
pergi dulu ya.”
“Iya, lagian aku juga udah harus pulang, good luck, Sora” lalu kami berjalan kearah
yang berlawanan.
Siapa sangka, suatu saat nanti aku akan menyesali hari
ini.
No comments:
Post a Comment