Thursday, December 12, 2013

Wherever You Are Part 5



Setelah malam itu, terlebih setelah inagurasi yang berakhir dengan sukses, entah hanya perasaanku saja atau bagaimana, aku lebih sering menghabiskan waktuku dengan Sora. Hiro sibuk dengan Akane, Tsubaki juga sibuk dengan Sendal, saat sadar orang yang tinggal di sisiku hanya Sora saja.
“Makan, yuk, lapar, nih.” katanya setelah kelas terakhir hari itu selesai.
“Ayo, dimana?” tanyaku.
“Di tempat yang waktu itu aja.”
“Cuma kita berdua?”
“Iyalah”
“Tsubaki? Hiro?”
“Lagi asik sendiri sama dunianya, lagian hari ini aku mau kita cuma berdua aja.”
Mampus, kali ini kenapa lagi? “Lho? Kenapa? Tumben.” kataku sembil berusaha untuk tetap kalem.
“Aku mau ngomong sama kamu.” dari sini perasaanku mulai aneh, entah kenapa, tapi aku merasa ini sesuatu yang akan merubah sesuatu tapi aku tidak tahu apa.
Sepanjang jalan kami hanya diam, saat sampai di tujuan aku pergi memesan makanan dan Sora pergi mencari tempat duduk, saat itu tempat itu memang sedang ramai jadi agak sulit mendapatkan tempat.
Aku mendapati Sora duduk di sebuah kursi di pojok sambil melihat ke luar, bedanya dengan yang dulu, kali ini meja itu ada di dekat jendela dan hanya ada dua buah kursi disitu.
“Bagus banget posisinya, yang dulu pemandangannya terlalu hampa.” kataku sambil menaruh makanan lalu duduk di kursi kosong yang tersisa.
“Kan kemarin berempat jadi nggak bisa duduk disini.” kata Sora lalu dia mengalihkan perhatiannya padaku.
“Jadi? Kenapa? Mau ngomong, kan? Sekarang aja, mumpung belum sibuk mengunyah dan menelan.” kataku sambil tertawa tapi Sora tidak, dia justru memasang ekspresi serius.
“Tapi tolong jangan marah, kecewa, apalagi menjauh karena ini.”
“Iya, ngomong aja, nggak apa-apa.” dan entah mengapa detak jantungku menjadi lebih cepat.
“Dulu, aku pernah bilang, kan kalau aku suka sama seseorang di kelas kita, kan? Aku mau coba nembak dia pakai ini.” kata Sora sambil memasangkan headset-nya di kupingku.
Aku mendengar suara gitar, sebuah intro dari lagu yang familiar bagiku, aku tahu ini hanya versi acoustic karena hanya suara gitar itu yang terdengar, yang membuatku kaget adalah saat vokalnya mulai masuk.
“Sora, ini…”
“Tolong, dengarkan sampai habis dulu.” pintanya, aku hanya menurut.
Lagu itu, Wherever You Are dari band One Ok Rock, aku sangat menyukai lagu itu, aku bahkan pernah berkhayal seseorang akan menyanyikannya untukku. Aku tahu kalau Sora jago bermain gitar tapi aku tidak pernah menyangka kalau sampai seperti ini, terdengar sempurna di kupingku.
Kupikir saat lagunya berakhir rekaman ini juga akan berakhir, tapi ternyata aku salah, ada suara lagi setelah itu. Suara Sora.
“Gimana? Aku latihan mati-matian, lho biar bisa begitu. Keren nggak? Aku bakal nembak cewek yang kusuka pakai lagu ini.” sama seperti apa yang Sora katakan sebelum dia memperdengarkan rekaman ini padaku.
“Jadi begini, aku suka sama seseorang, dia benar-benar orang yang menarik, sangat gampang membuatnya tertawa, tapi sangat gampang juga membuatnya menangis. Dia seperti anak kecil, sangat kekanakan. Dia suka sama sahabatku, dia selalu curhat sama aku soal sahabatku itu, saat itu aku belum menyukainya seperti sekarang ini yang membuatku tidak bisa memikirkan hal lain selain dia, saat itu aku justru suka sama sahabatnya yang juga teman masa kecilku, dia menyemangatiku untuk menyatakan perasaanku padanya biarpun akhirnya tidak seperti yang kuinginkan, tapi karena itu aku jadi menyadari perasaanku untuknya.” aku hanya terdiam mendengarnya, kulihat di HP Sora kalau rekaman ini masih ada durasi yang tersisa.
“Untuk bisa bersama dengannya aku terus menerus memaksa sahabatku dan teman masa kecilku untuk menemaniku pergi dengannya, hari itu aku bahkan berfoto berdua dengannya, biarpun jujur saja aku sangat malu saat itu, pasti aku sama sekali tidak terlihat keren di matanya. Hari itu, kutahu kalau dia sudah tidak menyukai sahabatku, katanya itu hanya rasa kagum saja, aku merasa agak lega karena tidak harus bersaing dengan sahabatku tapi hari itu juga aku tahu kalau dia menyukai orang lain dan dia tidak mau memberi tahuku siapa orang itu. Sahabatku mengatur supaya aku pergi dan pulang dengannya hari itu, sepanjang jalan aku tertawa dengannya, aku merasa sangat senang, aku berharap saat itu waktu berhenti, aku bahkan berharap bisa pergi lagi dengannya bahkan kalau perlu berdua saja karena itu aku memanggilnya hari ini.”
Eh? Tunggu dulu, ini jangan-jangan…
“Aku sangat ingin mengatakan yang sebetulnya kalau aku…” lalu rekaman itu berhenti.
“Suka sama kamu, will you be my girl?” Sora menyambung rekaman yang putus itu, aku bahkan tidak mempercayai kupingku.
“Eh? Aku? Nggak salah? Aku bukan Tsubaki…” aku merasa air mataku bisa jatuh kapan saja ke makanan yang tidak pernah tersentuh sejak tadi.
“Ya, kamu bukan Tsubaki, kamu Riko, cewek yang membuatku membuang semuanya untuk bisa bersamamu…” kata Sora sambil menatap lurus ke mataku “…aku memang seperti ini, lebih banyak kurang daripada lebih, tapi apa kamu bisa terima aku?”
Aku mulai menangis, awalnya hanya beberapa tetes lalu mengalir semakin deras.
“Ya, aku terima semua bagian dari dirimu, aku mau jadi pacarmu.” jawabku sambil menunduk.
“Serius? Senangnya, kalau begini jadinya, kalau Hiro dan Tsubaki sibuk dengan pacar masing-masing kita nggak akan tersisihkan lagi, ya.” kata Sora sambil tertawa setelah itu dia menghapus air mata yang tersisa di mata dan pipiku.
Tawa itu, senyum itu, tatapan itu, suara itu, sekarang itu semua menjadi milikku, aku tidak akan sendiri lagi saat teman-temanku sibuk dengan urusan cinta mereka, aku juga akan memulai ceritaku sendiri.
Disini, denganmu.
THE END

No comments:

Post a Comment