Setelah
malam itu, terlebih setelah inagurasi yang berakhir dengan sukses, entah hanya
perasaanku saja atau bagaimana, aku lebih sering menghabiskan waktuku dengan
Sora. Hiro sibuk dengan Akane, Tsubaki juga sibuk dengan Sendal, saat sadar
orang yang tinggal di sisiku hanya Sora saja.
“Makan,
yuk, lapar, nih.” katanya setelah kelas terakhir hari itu selesai.
“Ayo,
dimana?” tanyaku.
“Di
tempat yang waktu itu aja.”
“Cuma
kita berdua?”
“Iyalah”
“Tsubaki?
Hiro?”
“Lagi
asik sendiri sama dunianya, lagian hari ini aku mau kita cuma berdua aja.”
Mampus, kali ini kenapa lagi? “Lho?
Kenapa? Tumben.” kataku sembil berusaha untuk tetap kalem.
“Aku mau
ngomong sama kamu.” dari sini perasaanku mulai aneh, entah kenapa, tapi aku
merasa ini sesuatu yang akan merubah sesuatu tapi aku tidak tahu apa.
Sepanjang
jalan kami hanya diam, saat sampai di tujuan aku pergi memesan makanan dan Sora
pergi mencari tempat duduk, saat itu tempat itu memang sedang ramai jadi agak
sulit mendapatkan tempat.
Aku
mendapati Sora duduk di sebuah kursi di pojok sambil melihat ke luar, bedanya
dengan yang dulu, kali ini meja itu ada di dekat jendela dan hanya ada dua buah
kursi disitu.
“Bagus
banget posisinya, yang dulu pemandangannya terlalu hampa.” kataku sambil
menaruh makanan lalu duduk di kursi kosong yang tersisa.
“Kan
kemarin berempat jadi nggak bisa duduk disini.” kata Sora lalu dia mengalihkan
perhatiannya padaku.
“Jadi?
Kenapa? Mau ngomong, kan? Sekarang aja, mumpung belum sibuk mengunyah dan
menelan.” kataku sambil tertawa tapi Sora tidak, dia justru memasang ekspresi
serius.
“Tapi
tolong jangan marah, kecewa, apalagi menjauh karena ini.”
“Iya,
ngomong aja, nggak apa-apa.” dan entah mengapa detak jantungku menjadi lebih
cepat.
“Dulu,
aku pernah bilang, kan kalau aku suka sama seseorang di kelas kita, kan? Aku
mau coba nembak dia pakai ini.” kata Sora sambil memasangkan headset-nya di kupingku.
Aku
mendengar suara gitar, sebuah intro dari lagu yang familiar bagiku, aku tahu
ini hanya versi acoustic karena hanya
suara gitar itu yang terdengar, yang membuatku kaget adalah saat vokalnya mulai
masuk.
“Sora,
ini…”
“Tolong,
dengarkan sampai habis dulu.” pintanya, aku hanya menurut.
Lagu itu,
Wherever You Are dari band One Ok Rock, aku sangat menyukai lagu itu, aku
bahkan pernah berkhayal seseorang akan menyanyikannya untukku. Aku tahu kalau
Sora jago bermain gitar tapi aku tidak pernah menyangka kalau sampai seperti
ini, terdengar sempurna di kupingku.
Kupikir
saat lagunya berakhir rekaman ini juga akan berakhir, tapi ternyata aku salah,
ada suara lagi setelah itu. Suara Sora.
“Gimana?
Aku latihan mati-matian, lho biar bisa begitu. Keren nggak? Aku bakal nembak
cewek yang kusuka pakai lagu ini.” sama seperti apa yang Sora katakan sebelum
dia memperdengarkan rekaman ini padaku.
“Jadi begini,
aku suka sama seseorang, dia benar-benar orang yang menarik, sangat gampang
membuatnya tertawa, tapi sangat gampang juga membuatnya menangis. Dia seperti
anak kecil, sangat kekanakan. Dia suka sama sahabatku, dia selalu curhat sama
aku soal sahabatku itu, saat itu aku belum menyukainya seperti sekarang ini
yang membuatku tidak bisa memikirkan hal lain selain dia, saat itu aku justru
suka sama sahabatnya yang juga teman masa kecilku, dia menyemangatiku untuk
menyatakan perasaanku padanya biarpun akhirnya tidak seperti yang kuinginkan,
tapi karena itu aku jadi menyadari perasaanku untuknya.” aku hanya terdiam
mendengarnya, kulihat di HP Sora kalau rekaman ini masih ada durasi yang
tersisa.
“Untuk
bisa bersama dengannya aku terus menerus memaksa sahabatku dan teman masa
kecilku untuk menemaniku pergi dengannya, hari itu aku bahkan berfoto berdua
dengannya, biarpun jujur saja aku sangat malu saat itu, pasti aku sama sekali
tidak terlihat keren di matanya. Hari itu, kutahu kalau dia sudah tidak
menyukai sahabatku, katanya itu hanya rasa kagum saja, aku merasa agak lega
karena tidak harus bersaing dengan sahabatku tapi hari itu juga aku tahu kalau
dia menyukai orang lain dan dia tidak mau memberi tahuku siapa orang itu.
Sahabatku mengatur supaya aku pergi dan pulang dengannya hari itu, sepanjang
jalan aku tertawa dengannya, aku merasa sangat senang, aku berharap saat itu
waktu berhenti, aku bahkan berharap bisa pergi lagi dengannya bahkan kalau
perlu berdua saja karena itu aku memanggilnya hari ini.”
Eh? Tunggu
dulu, ini jangan-jangan…
“Aku
sangat ingin mengatakan yang sebetulnya kalau aku…” lalu rekaman itu berhenti.
“Suka
sama kamu, will you be my girl?” Sora
menyambung rekaman yang putus itu, aku bahkan tidak mempercayai kupingku.
“Eh? Aku?
Nggak salah? Aku bukan Tsubaki…” aku merasa air mataku bisa jatuh kapan saja ke
makanan yang tidak pernah tersentuh sejak tadi.
“Ya, kamu
bukan Tsubaki, kamu Riko, cewek yang membuatku membuang semuanya untuk bisa
bersamamu…” kata Sora sambil menatap lurus ke mataku “…aku memang seperti ini,
lebih banyak kurang daripada lebih, tapi apa kamu bisa terima aku?”
Aku mulai
menangis, awalnya hanya beberapa tetes lalu mengalir semakin deras.
“Ya, aku
terima semua bagian dari dirimu, aku mau jadi pacarmu.” jawabku sambil menunduk.
“Serius?
Senangnya, kalau begini jadinya, kalau Hiro dan Tsubaki sibuk dengan pacar
masing-masing kita nggak akan tersisihkan lagi, ya.” kata Sora sambil tertawa
setelah itu dia menghapus air mata yang tersisa di mata dan pipiku.
Tawa itu,
senyum itu, tatapan itu, suara itu, sekarang itu semua menjadi milikku, aku
tidak akan sendiri lagi saat teman-temanku sibuk dengan urusan cinta mereka,
aku juga akan memulai ceritaku sendiri.
Disini,
denganmu.
THE END
No comments:
Post a Comment