“Terus? Gimana? Traktirannya mana?” tagihku pada Sora
2 hari setelah itu.
“Belum. Aku udah nembak, yang kemarin semuanya udah
aku kasih, tapi dia minta aku buat kasih dia waktu buat menjawab.” jawabnya.
“Ya iyalah, jangan desak dia, yang ada nanti hasilnya
nggak sesuai keinginan.” kataku.
“Iya, aku tahu, kok.”
Hari itu juga, aku terus-terusan jadi konsultan cinta
buat Tsubaki, dia bingung harus melakukan apa.
“Gimana nih Riko? Aku nggak tahu mesti jawab apa, Sora
itu temanku sejak kecil, sampai saat ini aku nggak pernah menganggap dia lebih
dari sahabatku” katanya.
“Jadi? Kamu maunya gimana?” tanyaku.
“Mungkin aku bakal nolak dia, tapi aku takut nanti aku
sama dia bakal awkward, aku nggak mau kehilangan orang yang udah nemenin aku
dari dulu.”
“Kalau mau gampang, ini cuma pendapatku, sih, ikutin
aja kata hatimu, lagian aku tahu kok kamu pasti bakal nolak Sora, kan kamu
punya si itu.” kataku dengan nada menggoda.
“Jangan ribut Rikoooo!!!” teriaknya sambil mencubit
lenganku, aku hanya bisa tertawa.
Aku tahu, Tsubaki saat ini tidak bisa menerima Sora,
mungkin bisa biarpun aku tidak tahu berapa persen peluangnya karena Tsubaki
menyukai orang lain, teman jurusanku juga, yang tahu soal ini cuma aku dan
supaya tidak ketahuan oleh orang lain namanya disamarkan menjadi Sendal.
Sendal ini, sepertinya juga cukup tertarik dengan
Tsubaki, mereka sering kontak entah lewat telepon, SMS atau social media,
mereka juga sering pergi berdua entah kemana, bisa dibilang hubungan mereka
cukup baik tinggal menunggu waktu saja.
“Mungkin sebaiknya jawabannya kutahan dulu, aku
benar-benar nggak bisa lihat gimana jadinya nanti setelah aku menolak Sora.”
“Ya udah, nggak apa-apa, Tsubaki yang punya hak untuk
memilih mau bagaimana.” jawabku.
***
Sebulan setelah itu, Tsubaki masih belum menjawab
pernyataan cinta Sora. Sora terus bertanya padaku tentang Tsubaki, memberi
pernyataan-pernyataan absurd tentang alasan kenapa Tsubaki belum menjawab sampai
saat ini,yang entah dari mana dia dapat, artinya aku jadi lebih sering
menghabiskan waktuku dengan Sora.
“Mungkin dia nggak suka sama aku” kata Sora suatu hari
saat kami sedang mengerjakan tugas di kelas.
“Siapa bilang?” tanyaku sambil tetap menulis “Dia nggak
berani, setiap hari dia tanya soal Sora, kok, katanya Sora sekarang berubah
udah nggak pernah cari-cari Tsubaki lagi, katanya Sora jadi terasa jauh.”
“Tapi sampai sekarang dia belum jawab, dia malah
menjauh.”
“Oh, iya, katanya nanti Tsubaki mau ketemu buat kasih
jawaban.” jawabku, dan ini benar, tadi malam Tsubaki mengirim SMS yang memintaku
untuk memanggil Sora hari ini.
“Semoga saja seperti yang kuharapkan.”
“Semoga, ingat traktirannya, ya.” kataku. Maaf, Sora, mungkin hari ini kamu akan
kecewa. Mungkin kamu akan marah padaku setelah ini. Maaf.
Sore itu, aku menemani Tsubaki sampai ke tempat dimana
dia akan bertemu Sora, setelah mereka berdua bertemu aku menunggu mereka
selesai tidak jauh dari sana.
“Lho? Riko ngapain disini?” kata sebuah suara yang
berasal dari belakangku saat berbalik ke belakang…
“Hiro? Nggak ngapa-ngapain, Hiro sendiri ngapain
disini?” tanyaku balik kepada Hiro.
“Aku lagi cari Sora, kamu lihat?”
“Sora? Itu lagi disana ngobrol sama Tsubaki.” kataku
sambil melihat ke arah Sora dan Tsubaki.
“Pasti lagi ngelurusin masalah hati. Ya udah, aku
disini aja sama kamu sampai mereka selesai.” kata Hiro lalu dia duduk di
sebelahku dan anehnya, aku tidak merasakan apa-apa, aku justru bisa ngobrol
biasa dengan Hiro.
“Ah, sepertinya urusan mereka sudah selesai, kesana
yuk” ajak Hiro saat Sora dan Tsubaki sudah berdiri, aku lalu pergi dengan
Tsubaki ke tempat dimana kami bisa membahas kelanjutan “kasus” ini dan Hiro
menarik Sora pergi entah kemana.
“Terus? Gimana?” tanyaku setelah Tsubaki tidak kunjung
bicara juga, saat itu kami sedang duduk di kantin fakultas kami.
“Ya gitu, aku udah nolak dia, maunya balik kayak dulu
lagi, sih jadi aku bilang sama dia nggak boleh ada istilah awkward di antara
kita, aku tahu kedengarannya egois tapi seperti yang kubilang sebelumnya aku nggak
pernah mau kehilangan Sora, dia sahabatku yang sudah kuanggap seperti saudaraku
sendiri.” jawab Tsubaki.
Dan setelah itu semua berjalan lagi seperti biasa,
Sora yang masih memikirkan Tsubaki, Tsubaki yang tambah dekat sama Sendal, yang
berubah mungkin hanya aku, aku entah sejak kapan sudah tidak pernah memikirkan
Hiro lagi, karena tanpa kusadari ada orang lain yang sudah menggantikan posisi
Hiro.
No comments:
Post a Comment