Wednesday, December 11, 2013

Wherever You Are Part 2



“Terus? Gimana? Traktirannya mana?” tagihku pada Sora 2 hari setelah itu.
“Belum. Aku udah nembak, yang kemarin semuanya udah aku kasih, tapi dia minta aku buat kasih dia waktu buat menjawab.” jawabnya.
“Ya iyalah, jangan desak dia, yang ada nanti hasilnya nggak sesuai keinginan.” kataku.
“Iya, aku tahu, kok.”
Hari itu juga, aku terus-terusan jadi konsultan cinta buat Tsubaki, dia bingung harus melakukan apa.
“Gimana nih Riko? Aku nggak tahu mesti jawab apa, Sora itu temanku sejak kecil, sampai saat ini aku nggak pernah menganggap dia lebih dari sahabatku” katanya.
“Jadi? Kamu maunya gimana?” tanyaku.
“Mungkin aku bakal nolak dia, tapi aku takut nanti aku sama dia bakal awkward, aku nggak mau kehilangan orang yang udah nemenin aku dari dulu.”
“Kalau mau gampang, ini cuma pendapatku, sih, ikutin aja kata hatimu, lagian aku tahu kok kamu pasti bakal nolak Sora, kan kamu punya si itu.” kataku dengan nada menggoda.
“Jangan ribut Rikoooo!!!” teriaknya sambil mencubit lenganku, aku hanya bisa tertawa.
Aku tahu, Tsubaki saat ini tidak bisa menerima Sora, mungkin bisa biarpun aku tidak tahu berapa persen peluangnya karena Tsubaki menyukai orang lain, teman jurusanku juga, yang tahu soal ini cuma aku dan supaya tidak ketahuan oleh orang lain namanya disamarkan menjadi Sendal.
Sendal ini, sepertinya juga cukup tertarik dengan Tsubaki, mereka sering kontak entah lewat telepon, SMS atau social media, mereka juga sering pergi berdua entah kemana, bisa dibilang hubungan mereka cukup baik tinggal menunggu waktu saja.
“Mungkin sebaiknya jawabannya kutahan dulu, aku benar-benar nggak bisa lihat gimana jadinya nanti setelah aku menolak Sora.”
“Ya udah, nggak apa-apa, Tsubaki yang punya hak untuk memilih mau bagaimana.” jawabku.
***
Sebulan setelah itu, Tsubaki masih belum menjawab pernyataan cinta Sora. Sora terus bertanya padaku tentang Tsubaki, memberi pernyataan-pernyataan absurd tentang alasan kenapa Tsubaki belum menjawab sampai saat ini,yang entah dari mana dia dapat, artinya aku jadi lebih sering menghabiskan waktuku dengan Sora.
“Mungkin dia nggak suka sama aku” kata Sora suatu hari saat kami sedang mengerjakan tugas di kelas.
“Siapa bilang?” tanyaku sambil tetap menulis “Dia nggak berani, setiap hari dia tanya soal Sora, kok, katanya Sora sekarang berubah udah nggak pernah cari-cari Tsubaki lagi, katanya Sora jadi terasa jauh.”
“Tapi sampai sekarang dia belum jawab, dia malah menjauh.”
“Oh, iya, katanya nanti Tsubaki mau ketemu buat kasih jawaban.” jawabku, dan ini benar, tadi malam Tsubaki mengirim SMS yang memintaku untuk memanggil Sora hari ini.
“Semoga saja seperti yang kuharapkan.”
“Semoga, ingat traktirannya, ya.” kataku. Maaf, Sora, mungkin hari ini kamu akan kecewa. Mungkin kamu akan marah padaku setelah ini. Maaf.
Sore itu, aku menemani Tsubaki sampai ke tempat dimana dia akan bertemu Sora, setelah mereka berdua bertemu aku menunggu mereka selesai tidak jauh dari sana.
“Lho? Riko ngapain disini?” kata sebuah suara yang berasal dari belakangku saat berbalik ke belakang…
“Hiro? Nggak ngapa-ngapain, Hiro sendiri ngapain disini?” tanyaku balik kepada Hiro.
“Aku lagi cari Sora, kamu lihat?”
“Sora? Itu lagi disana ngobrol sama Tsubaki.” kataku sambil melihat ke arah Sora dan Tsubaki.
“Pasti lagi ngelurusin masalah hati. Ya udah, aku disini aja sama kamu sampai mereka selesai.” kata Hiro lalu dia duduk di sebelahku dan anehnya, aku tidak merasakan apa-apa, aku justru bisa ngobrol biasa dengan Hiro.
“Ah, sepertinya urusan mereka sudah selesai, kesana yuk” ajak Hiro saat Sora dan Tsubaki sudah berdiri, aku lalu pergi dengan Tsubaki ke tempat dimana kami bisa membahas kelanjutan “kasus” ini dan Hiro menarik Sora pergi entah kemana.
“Terus? Gimana?” tanyaku setelah Tsubaki tidak kunjung bicara juga, saat itu kami sedang duduk di kantin fakultas kami.
“Ya gitu, aku udah nolak dia, maunya balik kayak dulu lagi, sih jadi aku bilang sama dia nggak boleh ada istilah awkward di antara kita, aku tahu kedengarannya egois tapi seperti yang kubilang sebelumnya aku nggak pernah mau kehilangan Sora, dia sahabatku yang sudah kuanggap seperti saudaraku sendiri.” jawab Tsubaki.
Dan setelah itu semua berjalan lagi seperti biasa, Sora yang masih memikirkan Tsubaki, Tsubaki yang tambah dekat sama Sendal, yang berubah mungkin hanya aku, aku entah sejak kapan sudah tidak pernah memikirkan Hiro lagi, karena tanpa kusadari ada orang lain yang sudah menggantikan posisi Hiro.

No comments:

Post a Comment