Monday, March 3, 2014

The Night Sky part 3



“Lagi? Ini yang ke berapa bulan ini?” tanya temanku Tsubasa pada jam istirahat hari itu.
“Entahlah, empat? Lima? Padahal ini masih awal bulan.” jawabku sambil tetap sibuk mencoreti buku catatanku.
“Entah kenapa Sora itu hobi banget bikin cewek nangis, kasihan mereka.”
“Mungkin karena Sora sadar sama daya tariknya sendiri. Tapi cewek-cewek itu bebal juga, ya, berapa kalipun  Sora dan Yoru menolak, mereka masih tetap menyatakan cinta berkali-kali.” kataku sambil menutup buku di depanku.
“Panjang umur, yang diomongin datang, tuh.” kata Tsubasa sambil menunjuk Sora yang baru saja masuk ke kelas.
“Kali ini siapa lagi?” tanyaku begitu Sora duduk di kursinya yang berada tepat di sebelahku.
“Anak kelas 3, biarin aja, belum kenal dekat udah berani nembak.” katanya sambil bersandar dengan kedua tangan di belaang kepalanya.
“Kan nggak mesti di tolak juga, coba jalan aja, dulu.” kataku.
“Aku nggak mau kayak gitu, kalau bosan langsung berhenti terus cari yang lain nanti di bilang murahan,” katanya “lagian aku nggak bakal pernah jadian kecuali sama orang yang benar-benar aku suka.” setelah itu bel berbunyi dan kami tidak melanjutkan pembicaraan itu.
“Hari ini aku ada ekskul, kamu pulang sama Yoru aja, ya.” kata Sora begitu guru jam pelajaran terakhir meninggalkan kelas.
“Nggak usah, hari ini aku juga ada urusan jadi bakal pulang telat, nanti tinggal cari tumpangan lain aja.” kataku sambil membereskan barang-barang yang berserakan di atas meja lalu lari keluar sambil menarik Tsubasa bersamaku.
“Jadi? Mau kemana, nih?” tanyanya setelah mobilnya sudah menjauh beberapa meter dari sekolah.
“Hmmm... ke mall dulu, deh, kalau disitu nggak dapat hadiah yang pas baru kita cari di tempat lain.” kataku sambil memikirkan hadiah apa yang harus kuberikan untuk ulang tahun Yoru dan Sora yang tinggal beberapa hari lagi, “pokoknya hari ini harus dapat habisnya sebentar lagi libur dan kalau aku keluar pas libur mereka pasti mau ikut terus.” pikirku.
Begitu sampai di mall kami mulai berkeliling melihat-lihat benda-benda yang dipajang di etalase toko-toko yang kami lewati.
“Tahun lalu kan kamu kasih Yoru jam tangan terus jaket ke Sora, tahun ini apa?”
“Hm? Waktu Tanabata kemarin Sora minta software game baru yang mestinya udah rilis hari ini, mana dia incar limited edition yang ada bonusnya, lagi, kalau Yoru hmmm... kayaknya dia pernah bilang kalau headphone-nya udah nggak bunyi sebelah jadi itu aja, toh barang-barang begitu kan biar rusak tapi kalau mereka simpan masih tetap ingat kalau itu dari aku.” kataku sambil terus berjalan ke arah toko game di mall itu.
Begitu sampai ke toko itu aku langsung menuju ke rak tempat game baru berkumpul dan menemukan apa yang kucari berada dalam sebuah rak kaca tertutup.
“Heh? Serius yang itu? Mahal banget!” protes Tsubasa saat dia melihat harga software yang ada di tanganku.
“Nggaklah, kamu pikir buat apa aku susah-susah ngumpulin uang dari hasil kerja part time-ku kalau bukan untuk ini?” jawabku sambil berjalan ke kasir.
“Tapi harganya kelewat mahal!” Tsubasa masih protes.
“Kalau untuk Yoru sama Sora aku nggak bakal perhitungan,” kataku sambil menoleh sekilas lalu kembali fokus ke benda di depanku “tolong di bungkus, ya.” setelah itu kami meninggalkan toko itu dan lanjut mencari kado untuk Yoru.
“Kadonya Yoru juga harganya luar biasa, ya.” kata Tsubasa saat kami sudah dalam perjalanan pulang.
“Kan nggak adil kalau satu harganya mahal yang satu lagi murah.” kataku.
“Mereka benar-benar beruntung, ya punya sahabat seperti kamu.” kata Tsubasa ketika kami sudah sampai di depan rumahku.
“Nggak, mestinya aku yang merasa beruntung punya dua adik cerewet yang selalu menjagaku.” balasku sambil melangkah keluar dari mobil.
“Iya, deh, terserah, udah ya, aku pulang dulu, salam sama dua adik cerewetmu itu.” kata Tsubasa kemudian dia pulang ke rumahnya.
Rumah masih kosong, ayah bilang dia akan pulang terlambat hari ini jadi aku memutuskan untuk mandi dulu setelah itu baru menyiapkan makanan untuk ayah tapi sebelum mengerjakan semua itu aku baru ingat kalau aku sama sekali tidak pernah mengecek HP-ku yang biasanya akan penuh dengan missed call, SMS, Line, mention atau apalah dari Yoru atau Sora yang mencariku kalau akau belum ada di rumah jam segini dan benar saja, HP-ku berkedip-kedip silau berbagai macam warna tergantung dari apa penyebab HP-ku berkedip daripada sakit mata lebih baik kucek saja semua.
10 missed call, 30 SMS, 60 mention, hmmm... Line dari Yoru, terus... eh? Audio message dari Sora?, gumamku menyebut satu per satu benda-benda penyebab perusak mata itu, tapi yang terakhir justru yang paling membuatku penasaran, Sora memang sering mengirim entah SMS atau Line saat aku terlambat sampai di rumah, tapi dia kalau bukan tidak pernah, sangat jarang Sora menelepon atau mengirim audio message seperti ini, aku langsung memasang headphone-ku untuk mendengarnya.
Woi Nagare! Sekarang kamu dimana? Cuma karena ayahmu hari ini pulangnya telat bukan berarti kamu bisa seenaknya pulang lama begitu! Kamu itu cewek tahu! Cepetan pulang!
Pendek memang, mungkin dia merekamnya hanya dalam satu tarikan nafas, tapi aku bisa mendengar rasa kesal bercampur khawatir dalam suaranya, aku lalu menekan tombol record dan mulai merekam suaraku,
Hehehe... maaf ya, tadi terlalu sibuk jalan sama Tsubasa sampai lupa waktu, tapi aku udah bilang kok sama ayah kalau hari ini aku bakal pulang telat, kan tadi aku juga udah bilang kalau ada urusan.” tidak butuh waktu lama untuk mengirim audio message itu dan tidak butuh waktu lama juga untuk menerima balasannya biarpun kali ini hanya berupa teks.
Terserahlah, lain kali kalau mau pulang terlambat bilang-bilang, jangan bikin orang khawatir. Udah, ya, aku mau tidur.” balasan yang sangat khas Sora aku hanya bisa tersenyum membaca balasan itu.
Iya, maaf ya udah bikin kamu khawatir, good night, Sora.” entah kenapa balasan itu kubuat bukan dalam bentuk teks tapi audio message, karena tanpa kusadari satu bagian dari diriku berharap Sora akan mengirimkan suaranya lagi untukku, tapi kenapa? Padahal aku mendengar suara itu setiap hari, tapi kenapa aku jadi ingin selalu mendengar suara itu? Apakah aku... tidak! Aku tidak boleh berpikir seperti itu! Dia sahabatku, dia sudah kuanggap adikku sendiri, aku tidak boleh memiliki perasaan ini tapi pada akhirnya aku tidak bisa menyangkal, aku harus jujur setidaknya pada diriku sendiri.
Aku telah jatuh cinta pada Sora.

No comments:

Post a Comment