“Lagi? Ini yang ke berapa bulan ini?” tanya temanku
Tsubasa pada jam istirahat hari itu.
“Entahlah, empat? Lima? Padahal ini masih awal bulan.”
jawabku sambil tetap sibuk mencoreti buku catatanku.
“Entah kenapa Sora itu hobi banget bikin cewek nangis,
kasihan mereka.”
“Mungkin karena Sora sadar sama daya tariknya sendiri.
Tapi cewek-cewek itu bebal juga, ya, berapa kalipun Sora dan Yoru menolak, mereka masih tetap
menyatakan cinta berkali-kali.” kataku sambil menutup buku di depanku.
“Panjang umur, yang diomongin datang, tuh.” kata
Tsubasa sambil menunjuk Sora yang baru saja masuk ke kelas.
“Kali ini siapa lagi?” tanyaku begitu Sora duduk di
kursinya yang berada tepat di sebelahku.
“Anak kelas 3, biarin aja, belum kenal dekat udah
berani nembak.” katanya sambil bersandar dengan kedua tangan di belaang
kepalanya.
“Kan nggak mesti di tolak juga, coba jalan aja, dulu.”
kataku.
“Aku nggak mau kayak gitu, kalau bosan langsung
berhenti terus cari yang lain nanti di bilang murahan,” katanya “lagian aku
nggak bakal pernah jadian kecuali sama orang yang benar-benar aku suka.”
setelah itu bel berbunyi dan kami tidak melanjutkan pembicaraan itu.
“Hari ini aku ada ekskul, kamu pulang sama Yoru aja, ya.”
kata Sora begitu guru jam pelajaran terakhir meninggalkan kelas.
“Nggak usah, hari ini aku juga ada urusan jadi bakal
pulang telat, nanti tinggal cari tumpangan lain aja.” kataku sambil membereskan
barang-barang yang berserakan di atas meja lalu lari keluar sambil menarik
Tsubasa bersamaku.
“Jadi? Mau kemana, nih?” tanyanya setelah mobilnya
sudah menjauh beberapa meter dari sekolah.
“Hmmm... ke mall dulu, deh, kalau disitu nggak dapat
hadiah yang pas baru kita cari di tempat lain.” kataku sambil memikirkan hadiah
apa yang harus kuberikan untuk ulang tahun Yoru dan Sora yang tinggal beberapa
hari lagi, “pokoknya hari ini harus dapat habisnya sebentar lagi libur dan
kalau aku keluar pas libur mereka pasti mau ikut terus.” pikirku.
Begitu sampai di mall kami mulai berkeliling melihat-lihat
benda-benda yang dipajang di etalase toko-toko yang kami lewati.
“Tahun lalu kan kamu kasih Yoru jam tangan terus jaket
ke Sora, tahun ini apa?”
“Hm? Waktu Tanabata kemarin Sora minta software game
baru yang mestinya udah rilis hari ini, mana dia incar limited edition yang ada
bonusnya, lagi, kalau Yoru hmmm... kayaknya dia pernah bilang kalau
headphone-nya udah nggak bunyi sebelah jadi itu aja, toh barang-barang begitu kan
biar rusak tapi kalau mereka simpan masih tetap ingat kalau itu dari aku.”
kataku sambil terus berjalan ke arah toko game di mall itu.
Begitu sampai ke toko itu aku langsung menuju ke rak
tempat game baru berkumpul dan menemukan apa yang kucari berada dalam sebuah
rak kaca tertutup.
“Heh? Serius yang itu? Mahal banget!” protes Tsubasa
saat dia melihat harga software yang ada di tanganku.
“Nggaklah, kamu pikir buat apa aku susah-susah
ngumpulin uang dari hasil kerja part time-ku
kalau bukan untuk ini?” jawabku sambil berjalan ke kasir.
“Tapi harganya kelewat mahal!” Tsubasa masih protes.
“Kalau untuk Yoru sama Sora aku nggak bakal
perhitungan,” kataku sambil menoleh sekilas lalu kembali fokus ke benda di
depanku “tolong di bungkus, ya.” setelah itu kami meninggalkan toko itu dan
lanjut mencari kado untuk Yoru.
“Kadonya Yoru juga harganya luar biasa, ya.” kata Tsubasa
saat kami sudah dalam perjalanan pulang.
“Kan nggak adil kalau satu harganya mahal yang satu
lagi murah.” kataku.
“Mereka benar-benar beruntung, ya punya sahabat
seperti kamu.” kata Tsubasa ketika kami sudah sampai di depan rumahku.
“Nggak, mestinya aku yang merasa beruntung punya dua
adik cerewet yang selalu menjagaku.” balasku sambil melangkah keluar dari
mobil.
“Iya, deh, terserah, udah ya, aku pulang dulu, salam
sama dua adik cerewetmu itu.” kata Tsubasa kemudian dia pulang ke rumahnya.
Rumah masih kosong, ayah bilang dia akan pulang
terlambat hari ini jadi aku memutuskan untuk mandi dulu setelah itu baru
menyiapkan makanan untuk ayah tapi sebelum mengerjakan semua itu aku baru ingat
kalau aku sama sekali tidak pernah mengecek HP-ku yang biasanya akan penuh
dengan missed call, SMS, Line, mention atau apalah dari Yoru atau Sora yang
mencariku kalau akau belum ada di rumah jam segini dan benar saja, HP-ku
berkedip-kedip silau berbagai macam warna tergantung dari apa penyebab HP-ku
berkedip daripada sakit mata lebih baik kucek saja semua.
10 missed
call, 30 SMS, 60 mention, hmmm... Line dari Yoru, terus... eh? Audio message
dari Sora?, gumamku menyebut satu per satu benda-benda penyebab
perusak mata itu, tapi yang terakhir justru yang paling membuatku penasaran,
Sora memang sering mengirim entah SMS atau Line saat aku terlambat sampai di
rumah, tapi dia kalau bukan tidak pernah, sangat jarang Sora menelepon atau
mengirim audio message seperti ini, aku langsung memasang headphone-ku untuk
mendengarnya.
“Woi Nagare!
Sekarang kamu dimana? Cuma karena ayahmu hari ini pulangnya telat bukan berarti
kamu bisa seenaknya pulang lama begitu! Kamu itu cewek tahu! Cepetan pulang!”
Pendek memang, mungkin dia merekamnya hanya dalam satu
tarikan nafas, tapi aku bisa mendengar rasa kesal bercampur khawatir dalam
suaranya, aku lalu menekan tombol record dan mulai merekam suaraku,
“Hehehe... maaf
ya, tadi terlalu sibuk jalan sama Tsubasa
sampai lupa waktu, tapi aku udah bilang kok sama ayah kalau hari ini aku bakal
pulang telat, kan tadi aku juga udah bilang kalau ada urusan.” tidak butuh
waktu lama untuk mengirim audio message itu dan tidak butuh waktu lama juga
untuk menerima balasannya biarpun kali ini hanya berupa teks.
“Terserahlah,
lain kali kalau mau pulang terlambat bilang-bilang, jangan bikin orang
khawatir. Udah, ya, aku mau tidur.” balasan yang sangat khas Sora aku hanya
bisa tersenyum membaca balasan itu.
“Iya, maaf ya
udah bikin kamu khawatir, good night, Sora.” entah kenapa balasan itu
kubuat bukan dalam bentuk teks tapi audio message, karena tanpa kusadari satu
bagian dari diriku berharap Sora akan mengirimkan suaranya lagi untukku, tapi
kenapa? Padahal aku mendengar suara itu setiap hari, tapi kenapa aku jadi ingin
selalu mendengar suara itu? Apakah aku... tidak! Aku tidak boleh berpikir
seperti itu! Dia sahabatku, dia sudah kuanggap adikku sendiri, aku tidak boleh
memiliki perasaan ini tapi pada akhirnya aku tidak bisa menyangkal, aku harus
jujur setidaknya pada diriku sendiri.
Aku telah jatuh cinta pada Sora.
No comments:
Post a Comment