Monday, March 3, 2014

The Night Sky part 6



Sampai hari terakhir semester ini, aku menjalani rutinitasku seperti biasa, mengurus rumah dan ayah, membangunkan dua orang itu dan pergi ke sekolah yang sudah berisik dengan berbagai rencana untuk libur musim panas.
Saat jam istirahat aku dan Tsubasa juga sama dengan yang lain sibuk membuat list apa saja yang akan kami lakukan sampai Sora menghentikan kami.
“Nagare, Yoru nunggu kamu di tempat biasa.” katanya lalu kembali ke apa yang dia lakukan sebelumnya, Tsubasa yang belum tahu apa-apa menatapku bingung, aku hanya bisa tersenyum, aku harus memberitahu Tsubasa soal ini secepatnya, pikirku.
“Sampaikan perasaanmu dengan benar, jangan menangis, good luck.” kata Sora sambil tersenyum dan mengacungkan jempol dari mejanya saat aku baru tiga langkah meninggalkan kursiku.
“Makasih, aku pergi dulu, ya.” lalu aku berjalan ke tempat Yoru menungguku.
Aku melihat Yoru berdiri tepat di tempat yang sama saat dia menungguku waktu dia menyatakan perasaannya beberapa hari yang lalu.
“Maaf, nunggu lama, ya?” tanyaku.
“Nggak, kok aku juga baru sampai. Jadi? Aku udah bisa dapat jawabanku?” tanyanya langsung ke inti pembicaraan.
Aku diam, masih tidak tahu harus bilang apa, kemudian aku teringat pesan Sora tadi saat aku akan kesini.
“Maaf, ternyata aku memang....” sebelum aku sempat melanjutkan Yoru memotongku.
“Nagare akhir-akhir ini terlalu sering minta maaf, lagian aku tahu banget kamu sekarang belum benar-benar bisa bicara, kan? Matamu melirik ke kiri dan kanan terus, kebiasaanmu kalau lagi gugup,” katanya sambil mengacak-acak rambutku, “duduk dulu, deh, baru kita ngobrol.” lalu kami berdua duduk di sebuah bangku panjang yang berada tidak jauh dari tempat kami berdiri tadi.
“Udah tenang?” tanya Yoru setelah lima menit panjang tanpa suara.
“Iya, makasih ya, tapi maaf, ternyata aku memang hanya melihat Yoru sebagai adikku saja, tidak lebih, maaf...” hanya itu yang bisa keluar dari mulutku.
“Begitu, ya. Jadi Sora, ya orangnya.” kata Yoru sambil menghela nafas panjang.
Eh? Tunggu, dari mana dia tahu?
“Malam itu, di hari yang sama saat aku menyatakan perasaanku, waktu kamu pulang sama Sora entah dari mana  aku melihatmu menangis sambil menatap ke rumah kami, di situ aku menyadari kalau kamu sangat menyukai Sora dan tidak mau merusak apa yang kita miliki dengan menahan perasaanmu sendiri, sedangkan aku malah membuatmu bingung dan merusak apa yang ada, harusnya aku yang minta maaf.” kali ini Yoru hanya menepuk kepalaku, dia tidak mengacak-acak rambutku seperti yang dia atau Sora biasa lakukan.
“Pada akhirnya, aku tidak pernah membuatmu senang, ya? Akan kukatakan selagi bisa, pergilah ke adikku itu, dia seorang idiot tapi dia pasti akan membuatmu senang.” lalu aku mengingkari janjiku pada Sora, aku menangis.
Sama seperti dulu saat Sora yang selalu mengajakku yang sedang menangis pulang dari taman sambil berpegangan tangan, Yoru akan memelukku saat aku menangis karena mimpi buruk atau hewan peliharaanku mati, tapi aku yakin ini akan jadi pelukan terakhir yang kuterima dari Yoru, aku bisa merasakan seluruh perasaannya untukku dari tubuhnya, air mataku terus mengalir tanpa henti, setelah itu dia mengantarku kembali ke kelasku.
“Maaf, ya Yoru, terus... terima kasih, aku pasti akan menyatakan perasaanku pada Sora dengan benar dan berani sepertimu. Eh, rahasiakan dari Sora kalau tadi aku menangis, ya.” kataku sambil tersenyum saat kami sampai di depan kelasku.
“Ah... kamu lebih memilih Sora dari pada aku. kamu mematahkan hatiku, kak, aku jadi sedih, nih.” kata Yoru dengan akting yang berlebihan, aku hanya bisa tertawa melihatnya.
“Berjuanglah, kamu kakak kami, kan? Harus bisa melakukan hal seperti ini dengan mudah.” katanya sambil berjalan kembali ke kelasnya.
“Oh, iya, jangan sampai kamu lupa kado ulang tahunku karena terlalu senang, ya.” teriak Yoru dari depan kelasnya
“Tenang, udah siap, kok.” kataku balas berteriak, sambil tersenyum.
Begitu kembali ke kelas aku langsung kembali duduk di kursiku sambil menunggu bel berbunyi, lalu aku sadar kursi di sebelahku kosong.
“Lho, Sora mana?” tanyaku kepada Tsubasa yang duduk di depanku.
“Hm? Kayaknya tadi dia bilang mau beli minum atau apalah katanya.” kata Tsubasa cuek.
Menyadari ini waktu yang tepat karena Sora tidak ada aku menceritakan semua yang terjadi selama beberapa hari terakhir pada Tsubasa.
“Lho? Jelas, kan? Nagare baru pertama kali merasakannya tapi memang sudah seharusnya begitu. Bukan cinta namanya kalau nggak melibatkan perasaan, saingan, perjuangan dan sakit hati.” kata Tsubasa sambil mengeluarkan barang-barang dari laci mejanya.
“Oh, iya, kudengar tahun ini anak-anak ekskul baseball mau pergi bareng pas festival nanti, jadi tahun ini kamu bisa pergi berdua aja sama Sora.” belum sempat aku merespon ide gila itu Sora sudah kembali, otomatis pembicaraan ini tidak bisa dilanjutkan, Tsubasa memberi kode lewat matanya, aku hanya bisa mengalah.
“Gimana tadi? Sukses?” tanya Sora bahkan sebelum dia duduk di kursinya, Tsubasa lagi-lagi memberi kode, sekarang atau tidak sama sekali, pikirku.
“Begitulah. Eh, Sora tahun ini katanya anak-anak baseball bakal pergi bareng pas festival nanti, jadi tahun ini kita berdua aja, nggak apa-apa, kan?” tanyaku, Tsubasa melotot galak dari mejanya, hanya ini yang bisa kupikirkan sekarang, kataku lewat gerakan tangan.
“Oke, tapi ingat, ada hal yang jauh lebih penting dari itu sebelum festival.” kata Sora.
“Iya, iya... nggak kamu, nggak Yoru sama aja.” kataku sambil menghela nafas, lalu guru jam pelajaran terakhir masuk, setelah itu kami semua buru-buru pulang ke rumah masing-masing, tidak sabar ingin menikmati libur musim panas, tapi ada hal yang lebih membuatku semangat, aku akan pergi ke festival berdua saja dengan Sora.

No comments:

Post a Comment