Thursday, January 1, 2015

Zero part 3

Sekarang, 10 tahun sejak aku mengenal Zero aku jadi orang yang paling mengerti dia biarpun hal ini tidak berlaku sebaliknya. Sejak awal aku tinggal di rumah ini ayah selalu sibuk bekerja dari pagi sampai larut malam bahkan di hari libur jadi hampir setiap saat hanya ada aku dan dia di rumah. Sejak pertama kali mengenal Zero aku hampir tidak pernah memanggil Zero dengan panggilan kakak atas permintaannya hari itu, aku memanggilnya kakak sesekali hanya untuk membuatnya kesal dan itu selalu berhasil, seperti hari ini.
“Zero bangun! Nanti telat!” kataku untuk kesekian kalinya dalam setengah jam terakhir.
“Hmm... 5 menit lagi.” gumamnya dari balik selimut.
Kakak, untuk kesekian kalinya kubilang, tolong bangun, kalau tidak kita berdua akan terlambat.” kataku dengan nada bicara sok lembut.
Zero langsung bangun dan menatap tajam padaku.
“Aku udah bangun sekarang, udah puas?” katanya masih dengan tatapan tajam yang sama.
“Belum, aku tidak akan puas sampai kamu benar-benar siap untuk berangkat.” kataku sambil berjalan ke arah pintu, “Makanannya sudah siap di meja, jangan lupa cuci piringnya, aku tunggu di depan, ya.”
“Iya terserah, cerewet.” jawabnya sambil berusaha menarik badannya dari kasur.
30 menit kemudian Zero sudah muncul dengan rambut berantakan dan seragam yang dipakai secara sembarangan, penampilan setiap hari saat akan berangkat ke sekolah, setelah itu kami berangkat dengan mengendarai motor Zero.
Aku dan Zero belajar di sekolah swasta yang sama, bedanya aku di SMP dan Zero di SMA, sekolah itu lengkap dari TK sampai SMA, kami tidak pernah belajar di sekolah lain sama seperti kebanyakan murid di sekolah itu, makanya tidak aneh kalau orang-orang disana sudah akrab biarpun ada satu atau dua orang yang saling tidak menyukai tapi aku bukan tipe pemilih dalam urusan teman, tapi aku juga bukan tipe yang pintar membuat teman, mereka datang sendiri dan yang harus kulakukan adalah belajar bagaimana caranya membuat mereka tinggal dan tanpa kusadari aku sudah punya banyak di sekitarku.
Hari ini juga kami sampai di sekolah tepat sebelum bel berbunyi, aku selalu berpikir sejak kami kecil dulu dari zaman dimana Zero masih memboncengku di belakang sepedanya sampai sekarang dimana sepeda itu sudah berubah menjadi motor, entah bagaimana caranya kami selalu sampai di sekolah tepat waktu, semepet apapun waktu yang kami miliki.
"Hari ini langsung pulang?" tanya Zero begitu aku turun dari motor.
"Hari ini kayaknya iya, deh. Kenapa?" aku balik bertanya.
"Hari ini mungkin aku bakal pulang telat, Nina minta aku temenin dia hari ini."
Oh, ya, biar sudah beberapa tahun berlalu aku selalu lupa kalau sekarang ada seorang Nina yang mengurangi waktu Zero bersamaku, biarpun ini sudah tahun kedua mereka bersama aku masih belum terbiasa dengan keberadaan seorang Nina dalam hidup Zero, bisa dibilang akhir-akhir ini Nina lebih banyak bersama Zero daripada aku, mereka selalu sekelas sejak mereka kelas 5 SD sampai sekarang mereka menginjak kelas 2 SMA, yang berujung pada pernyataan cinta Zero kepada Nina saat mereka kelas 3 SMP.
Dulu waktu aku masih kelas 2 atau 3 SD, mereka akan mengajakku bermain dengan mereka dan teman-teman mereka makanya tidak aneh kalau aku memiliki banyak kenalan yang lebih tua dariku, ada satu waktu saat mereka menyadari kalau perasaan mereka berubah dan keadaan menjadi awkward untuk waktu yang cukup lama yang membuatku khawatir dengan mereka dan mereka akan selalu bilang kalau semua baik-baik saja, tapi pada akhirnya mereka kembali, tapi kali ini sebagai pasangan, aku masih ingat ekspresi Zero saat dia memberitahuku kalau dia sekarang pacaran dengan Nina dan aku juga masih ingat perasaan yang sampai sekarang masih sering muncul saat Zero bersama Nina, perasaan yang tidak mengenakkan itu, sekarang juga aku merasakannya, perasaan cemburu yang tidak seharusnya kurasakan, tidak seharusnya aku merasakan perasaan ini, perasaan yang semakin kuat seiring kami tumbuh besar bersama.

Ya, aku menyadarinya, sejak malam dia membiarkanku menangis, ah bukan, bahkan sejak hari pertama aku mengenal Zero, aku telah jatuh cinta pada Zero.

No comments:

Post a Comment