Keesokan harinya seperti biasa aku bangun pagi lalu
menyiapkan sarapan dan membangunkan ayah dan Zero, kemudian aku ingat kalau
ayah hari ini libur – sebagai ganti hari libur yang kemarin – jadi aku langsung
menuju ke kamar Zero, biarpun sebetulnya entah kenapa aku takut untuk masuk
tapi aku memberanikan diriku, daripada tidak bisa ke sekolah.
“Zero bangun,nanti terlambat lho!” seperti biasa aku
langsung berteriak begitu melangkahkan kaki ke kamar Zero.
“Mmm… 5 menit lagi…” gumam Zero dari balik selimut.
“Nggak! Hari ini aku udah sengaja telat bangunin, ayo
bangun!” kataku sambil menarik selimutnya tapi Zero tetap tidak bergerak jadi
aku menggoyangkan badannya.
“Zero… ayo bangun! Nanti kita terlambat!” kataku
sambil tetap menggoyangkan badannya kemudian Zero langsung berbalik menghadapku
lalu menarikku mendekar padanya.
“Pagi Sakura, aku udah bangun, nih.” bisiknya di
telingaku, masih pagi dan aku sudah merasakan pipiku memanas.
“Bedoh!” teriakku “Cepat siap-siap, ya. Aku tunggu di
luar.” lalu aku keluar dari kamar Zero, aku masih bisa merasakan pipiku semakin
panas.
“Bodoh…” bisikku pada diriku sendiri lalu aku turun ke
bawah.
Begitu aku dan Zero siap kami menaiki motor Zero,
biasanya sepanjang jalan kami akan bercerita tentang apa saja, tentang teman
kami. tentang hal-hal yang terjadi di sekitar kami, tentang Nina, kami tidak
pernah menyembunyikan apapun, kecuali perasaan kami yang sesungguhnya, mungkin,
dan hari ini tidak terkecuali bahkan setelah apa yang terjadi beberapa hari
terakhir.
“Aku putus sama Nina.” kata Zero membuka pembicaraan
kami hari ini.
“Eh? Kenapa? Berantem?” tanyaku, aku sangat kaget, aku
tahu mereka sering bertengkar bahkan sejak sebelum mereka pacaran, tapi kenapa?
“Karena aku suka sama orang lain, itu aja.” jawab Zero
santai.
“Terus? Reaksi Nina gimana?” aku benar-benar takut
mendengar jawabannya, bagaimana kalau Zero mengatakan yang sebenarnya pada Nina
dan dia jadi membenciku.
“Dia bilang dia tahu, bahkan sebelum kami jadian.”
jawab Zero, saat itu kami sedang berhenti di lampu merah dekat sekolah, “Hari
ini kamu langsung pulang?” pertanyaan yang sama setiap hari, tapi biasanya baru
ditanyakan saat kami sudah sampai di sekolah.
“Ah, iya, rencananya sih begitu…” jawabku sambil
berusaha menyembunyikan mukaku.
“Kalau begitu hari ini kita pulang bareng, ya.”
katanya “Aku mau ajak kamu ke suatu tempat, nanti biar aku yang kabarin ayah
kalau kita bakal telat pulang.” katanya sebelum mulai menjalan motornya
kembali.
“Oke.” jawabku, setelah itu kami sampai di sekolah dan
berpisah di gerbang, entah kemana Zero akan membawaku pergi hari ini, aku lupa tanya,
tapi biar bertanya juga pasti dia akan menjawab “Nanti juga tahu sendiri.”.
Hari ini berjalan begitu lambat, entah karena
pelajaran hari ini membosankan atau mungkin karena aku tidak sabar menunggu
waktu pulang.
No comments:
Post a Comment